First Created October 25, 1998
JAKARTA - ''Indonesia 2000'' jalan terus !, demikian informasi yang tersebar
di sejumlah filatelis. ''Indonesia 2000'' adalah nama pameran filateli
sedunia yang menurut rencana diadakan di Jakarta bulan Agustus tahun 2000.
Sebenarnya, tahun 1996 melalui Kongres Federation Internationale de
Philatelie (FIP/Federasi Filateli Internasional) yang berlangsung di
Istanbul, Turki, Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah
penyelenggara pameran filateli sedunia yang diberi nama ''Indonesia 2000''.
Namun, karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1997,
penyelenggaraan pameran ''Indonesia 2000'' mulai dipertimbangkan kembali
oleh Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia (PP PFI). Karena, memang
banyak komponen biaya yang harus dibayar dalam mata uang asing. Padahal
dolar AS telah meningkat sampai 4-5 kali lipat.
Di antara yang harus dibayar dalam mata uang asing adalah patronage fee FIP,
yaitu iuran yang harus dibayar penyelenggara pameran filateli tingkat dunia
kepada FIP. Selanjutnya, tiket juri mancanegara yang jumlahnya mencapai
puluhan orang, juga harus dibayar dalam mata uang asing. Belum lagi ditambah
dengan uang saku juri, komisioner dari negara-negara peserta, bahkan sewa
tempat penyelenggaraan dan akomodasi bagi juri dan komisioner yang menurut
aturan FIP harus di hotel berbintang.
Untunglah, pihak PT Pos Indonesia (Posindo) yang selama ini membantu dengan
sepenuh hati pengembangan hobi mengumpulkan prangko di Indonesia, kembali
menunjukkan komitmennya. Posindo bertekad akan tetap membantu
penyelenggaraan pameran filateli ''Indonesia 2000''. Sehingga dalam PP PFI
memutuskan, pameran itu jalan terus persiapannya.
Beberapa Penghematan
Walaupun tentu saja ada beberapa penyesuaian yang dilakukan. Misalnya lama
pameran yang semula direncanakan 10 hari, menurut kabar dipersingkat menjadi
sekitar 5-6 hari saja. Demikian pula beberapa penghematan dilakukan di
berbagai bidang.
Contoh menarik sebenarnya bisa dilihat, ketika pameran filateli sedunia
''Pacific '97'' yang berlangsung di San Francisco, Amerika Serikat,
pertengahan 1997. Ketika itu, semua anggota panitia adalah sukarelawan yang
benar-benar bekerja tanpa dibayar. Mereka hanya mendapat jatah konsumsi
selama bekerja di tempat pameran.
Di beberapa pameran filateli lain, panitia selain hanya mendapat jatah
konsumsi, juga ditambah kemudahan transportasi. Itu pun hanya transportasi
massal, berupa angkutan bus dari tempat pameran ke beberapa lokasi di
sekitar kota itu. Kemudian, dari tempat itu panitia meneruskan perjalanan
dengan biaya sendiri.
Namun, memang yang paling terasa adalah melakukan pengurangan jumlah hari
pameran. Bila saja dipersingkat cukup lima hari, berarti telah dilakukan
penghematan besar-besaran untuk alokasi dana akomodasi (hotel), konsumsi,
transportasi lokal, sewa gedung pameran, serta uang saku untuk juri dan
komisioner yang diberikan berdasarkan jumlah hari pameran.
Menurut pengamatan, sejumlah pameran filateli sebenarnya waktu pameran
selama 5 hari cukup memadai. Bahkan, sebenarnya ada juga pameran filateli
sedunia yang hanya dilaksanakan selama 4 hari pameran.
Jumlah Panitia
Penghematan juga dapat dilakukan dengan membatasi jumlah panitia. Harus
dicegah kecenderungan untuk menjadikan suatu pameran filateli sebagai
''pesta'' yang jumlah panitianya membludak.
Pembaruan yang mengamati beberapa pameran filateli tingkat dunia, seperti di
Singapura tahun 1995 dan di Amerika Serikat tahun 1997, melihat bahwa jumlah
panitia yang mengelola tidak terlalu banyak. Di Bin Room, ruangan tempat
menerima dan menyimpan koleksi peserta sebelum serta sesudah dipamerkan,
hanya ada sekitar 5 orang. Tetapi, segala sesuatunya dapat berjalan lancar,
karena pengaturannya dilakukan dengan baik. Termasuk pembuatan jadwal antre
bagi komisioner negara-negara yang ingin memasukkan atau mengambil koleksi
peserta dan sebagainya.
Dalam bidang lain, panitia yang terdaftar juga tidak terlalu banyak. Untuk
pengelolaan transportasi misalnya, hanya ada sekitar dua orang panitia.
Selebihnya dipercayakan kepada perusahaan transportasi yang dipercaya
panitia menjadi angkutan resmi selama pameran berlangsung.
Penghematan memang harus dilakukan sebaik-baiknya. Sehingga pameran filateli
sedunia ''Indonesia 2000'' bukan hanya memberi untung bagi nama baik
Indonesia dan memberi manfaat bagi filatelis di Tanah Air. Tetapi bila
mungkin, sekaligus mendatangkan keuntungan pula dari segi materi yang
mungkin bisa diperoleh dari sewa stan, penjualan benda filateli, iuran
peserta dan sebagainya. Paling tidak, bila pun harus rugi, tidak terlalu
banyak. (B-8)