First Created - November 29, 1998
SEKEPING kertas kecil bergambar
yang disebut prangko, tidak hanya dikenal sebagai tanda bea pengiriman
benda pos, juga amat memikat untuk dikumpulkan. Seperti prangko seri
Putri Diana, ketika yang bersangkutan meninggal dunia, tiba-tiba dicari
orang.
Prangko, pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh seorang
bangsawan Inggris bernama Sir Rowland Hill. Prangko itu dikenal sebagai
"Penny Hitam". Diterbitkan pada 6 Mei 1840 dan bergambar Ratu Victoria
yang berwarna hitam. Ide penerbitannya, sebagai bea pengiriman pos.
Sebelumnya, setiap pengiriman benda pos yang dikenai bea pengiriman
adalah si penerima surat. Hal itu, sering menyebabkan kecurangan.
Karenanya, ide Hill disambut gembira oleh masyarakat yang banyak
menggunakan jasa pos. Pada 1863 timbul kegemaran baru di masyarakat
yakni mengumpulkan prangko yang dikenal sebagai filateli (berasal dari
bahasa Yunani kuno, philos= teman, dan atelia= pembebasan bea).
Kegemaran itu dipopulerkan oleh pengumpul prangko bernama M.G. Harpin.
Sejak 1854, sebenarnya filateli telah berkembang menjadi kegemaran
masyarakat. Pada 1856, Edward Stanley Gibbon, mulai merintis mendirikan
biro lelang dan toko prangko dan kemudian, ia pun menerbitkan sebuah
buku daftar harga prangko atau katalogus prangko internasional.
Kegemaran mengumpulkan prangko bukan cuma monopoli bagi anak-anak,
tetapi juga orang dewasa, bangsawan, dan pengusaha. Ada beberapa tokoh
yang menekuninya. Antara lain: Roosevelt (mantan Presiden AS), Sultan
Selangor (Malaysia), Ratu Marie (Rumania), Raja Alfonson XIII (Spanyol),
Raja Fuad (Mesir), Keluarga Kerajaan Inggris (termasuk Ratu Elizabeth
II), dan tokoh Perang Dunia I Jenderal Erwin Rommel (Jerman). Kegiatan
filateli dihimpun dalam suatu wadah resmi baik yang bersifat lokal
(nasional) dan internasional, yang dikoordinasi langsung oleh Federation
de Internationale Philateli (FIP). Di Indonesia terdapat wadah resmi
bagi penggemar filateli yang bernama Perkumpulan filateli Internasional
(PPI) yang berdiri sejak 1922 (sebelumnya bernama Algemene Vareniging
van Philatelisten in Indonesia).
Nilai Prangko Apa manfaat mengumpulkan prangko? Ia mampu memberi
pengetahuan umum bagi pemiliknya. Karena dapat menggambarkan keindahan
alam budaya suatu negara. Berbagai peristiwa penting dan bersejarah tak
pernah luput dari bingkai kertas mungil itu. Misalnya: peluncuran Apollo
XI, Konferensi Tingkat Tinggi Dunia, dan kegiatan olahraga penting
(Olympiade, Thomas Cup, atau Piala Dunia Sepakbola). Prangko juga
mempunyai nilai seni grafis. Setiap prangko selalu memiliki data tentang
siapa perancangnya, teknik desain, teknik cetak, dan bahan-bahan warna
yang dipakai. Tiap penerbitan punya kekhasan tersendiri. Prangko juga
memiliki nilai komersial. Ia dapat dijualbelikan dengan harga yang
tinggi. Prangko lama dan langka, atau prangko yang diterbitkan pada
peristiwa tertentu dalam jumlah terbatas dan prangko salah cetak juga
dapat dijual dengan harga amat mahal. Prangko "Perahu Layar dari Guyana"
(terbit 1856) yang berwarna kusam telah menjadi prangko termahal di
dunia. Prangko yang disusun dalam satu tema, dapat diikutsertakan dalam
pameran filateli nasional atau internasional. Hadiahnya cukup memikat,
seperti medali, sertifikat, benda pos dan uang tunai. Memang tak dapat
dibayangkan sebelumnya, berkat koleksi prangko maka seorang filatelis
dapat keliling dunia memperkenalkan kekayaan flora-fauna dan seni budaya
negara mereka. Prangko Indonesia pun menggambarkan kekayaan alam dan
budaya Indonesia. Bagi filatelis pemula, tentu tidak mudah mengumpulkan
seluruh seri prangko Indonesia. Hal itu perlu waktu lama dan biaya
mahal. Tema Indonesia dapat dibagi antara lain sebagai berikut: Seri
Hindia Belanda, Pendudukan Jepang, Orde Lama dan Orde Baru. Bila
pembagian itu terlalu luas, dapat dibagi dalam bentuk tema, misal: tema
Pariwisata, Pelita, Fauna, Flora, dan Pakaian Adat Indonesia. Bagi
filatelis pemula yang ingin mengumpulkan prangko Indonesia, paling mudah
dan murah, saling tukar dengan teman filatelis, atau membeli di pasar
loak dan lelang prangko di perkumpulan filatelis. (Hamid P.)