First Created - December 20, 1998
JAKARTA - Dalam rubrik ini beberapa waktu pernah dibahas mengenai
perkembangan harga lembar kenangan (souvenir sheet) Indonesia. Walaupun
secara umum, terjadi peningkatan harga yang cukup lumayan, tetapi kini
timbul kondisi yang agak memprihatinkan.
Lembar-lembar kenangan Indonesia terbitan 1998 ternyata di kalangan pedagang
prangko diobral. Dalam arti, dijual di bawah harga satuan (nominal) yang
tertera pada lembar kenangan tersebut. Beberapa lembar kenangan terbitan
tahun ini, ditawarkan 5 sampai 10 persen di bawah harga satuan untuk
pembelian dalam jumlah besar. Biasanya pembelian di bawah harga satuan itu
untuk pembelian 100 lembar atau kelipatannya sekaligus, seperti pernah
diungkapkan filatelis dengan spesialisasi sampul otograf, Drs Lutfie,
beberapa waktu lalu.
Bahkan ketika Pembaruan mengunjungi bursa dan lelang prangko di Kantor
Filateli Jakarta pekan lalu, seorang filatelis menginformasikan bahwa lembar
kenangan ''Juvalux '98'' ditawarkan dengan harga di bawah 15 persen dari
harga satuan untuk pembelian 100 lembar sekaligus.
Seorang filatelis senior yang juga pedagang prangko terkemuka di Jakarta, Ir
Suwito Harsono mengemukakan, bahwa lembar-lembar kenangan Indonesia terbitan
tahun ini prospeknya untuk jangka pendek tidak terlalu baik. Dalam arti,
peningkatan harganya untuk jangka pendek sulit diharapkan. Sedangkan untuk
jangka panjang, ia belum bisa memprediksikan.
Pendapat tersebut ada benarnya. Karena mungkin saja benda filateli yang saat
ini tidak disukai, akhirnya tak dikumpulkan lagi. Namun di masa mendatang,
mungkin 20 tahun lagi, tiba-tiba benda filateli itu banyak dicari. Karena
pada awalnya tak disukai dan hanya sedikit yang mengumpulkan, maka ketika
banyak dicari, benda itu menjadi susah didapat. Akibatnya, harganya bisa
''meroket'' dengan cepat. Sesuai dengan prinsip ekonomi, benda yang banyak
dicari tetapi sulit diperoleh, maka harganya tentu akan meningkat.
Justru, kemungkinan bisa terjadi dalam waktu 2-3 tahun lagi terhadap
lembar-lembar kenangan Indonesia terbitan tahun 1994. Saat ini, benda
filateli itu kurang disukai, bahkan ketika habis masa jualnya tersisa cukup
banyak. Sehingga terpaksa ditarik pihak PT Pos Indonesia dan dimusnahkan
sesuai peraturan. Jadi kini lembar-lembar kenangan Indonesia 1994 yang
beredar di kalangan filatelis, jumlahnya sudah jauh berkurang. Khususnya
lembar kenangan seri ''Piala Dunia 1994'', ''Indonesia Juara Piala Thomas
dan Uber'', ''Museum Zoologi'', ''Kebudayaan 1994'', dan lainnya.
Dari pembicaraan Pembaruan dengan beberapa filatelis di Jakarta, semua
lembar kenangan Indonesia terbitan 1988 sampai 1990 berprospek baik sekali.
Hal itu sudah terbukti saat ini, dengan peningkatan harga yang cepat sekali
dibandingkan harga satuan ketika pertama kali dijual di kantor pos.
Lembar-lembar kenangan tahun lainnya, juga mempunyai prospek yang baik.
Bahkan termasuk terbitan 1997, seperti seri ''Seniman Indonesia'' dan
''Pacific '97''. Masalahnya, sebagaimana dikatakan filatelis dari Bandung,
perlu promosi yang lebih gencar lagi untuk memperkenalkan lembar-lembar
kenangan Indonesia. Terutama kepada para filatelis mancanegara. Itulah
sebabnya ia mengharapkan, agar PT Pos Indonesia dan Perkumpulan Filatelis
Indonesia dapat secara rutin mempromosikan lembar-lembar kenangan maupun
benda filateli Indonesia lainnya ke luar negeri. Termasuk publikasi melalui
media massa filateli di luar negeri. Bahkan tak salah pula bila
disebarluaskan melalui internet.
Penyebaran Merata
Ketika mengemukakan alasan mengenai kurang lakunya lembar kenangan Indonesia
terbitan tahun ini, beberapa filatelis menyatakan antara lain hal itu
disebabkan terlalu banyaknya jumlah cetakan untuk satu seri, yang saat ini
berkisar antara 160.000 sampai dengan 200.000 lembar.
Sebaliknya, pihak PT Pos Indonesia seperti pernah dikatakan Kepala Divisi
Filateli, Mulyanto, jumlah cetakan itu telah disesuaikan dengan permintaan
pasar. Jadi, tak mungkin jumlahnya dilebih-lebihkan, karena tentu saja PT
Pos Indonesia juga tak mau barang yang dijualnya menjadi tidak laku.
Namun mungkin ungkapan beberapa filatelis juga perlu dicermati. Yaitu agar
penerbitan lembar kenangan yang semata-mata bagi koleksi para filatelis,
tidak terlalu banyak dicetak, untuk mencegah benda filateli itu tidak
menjadi ''murahan''. Beberapa filatelis mematok angka 100.000 lembar untuk
setiap cetakan lembar kenangan, sebagai jumlah yang menurut mereka telah
memenuhi kebutuhan para filatelis.
Walaupun demikian, keluhan beberapa filatelis di daerah, mengenai belum
meratanya distribusi lembar-lembar kenangan Indonesia perlu pula
diperhatikan. Dalam hal ini, bila perlu dilakukan pembatasan jumlah
pembelian oleh seorang filatelis. Misalnya, seperti dikatakan seorang
filatelis Jakarta, untuk filatelis dibatasi lima buah lembar kenangan.
Sedangkan untuk pedagang prangko dibatasi cukup 100 lembar saja. Tentu saja
angka ini masih dapat dipertimbangkan lagi, sesuai kebutuhan yang nyata.
Harga Pasaran
Di samping kurang lakunya lembar-lembar kenangan Indonesia terbitan tahun
ini, ditemukan adanya cukup banyak lembar kenangan yang salah cetak, juga
menimbulkan pertanyaan dari banyak filatelis. Termasuk yang diungkapkan
filatelis-filatelis dari Surabaya, yang mengungkapkan menemukan salah cetak
pada lembar kenangan seri ''Filacept'' dalam jumlah cukup banyak.
Adanya cukup banyak lembar kenangan yang salah cetak, bukannya menaikkan
harga sebagaimana benda filateli salah cetak lainnya yang dianggap benda
langka. Sebaliknya, karena jumlahnya cukup banyak membuat filatelis dalam
dan luar negeri mempertanyakan quality control penerbitan benda-benda
filateli Indonesia.
Walaupun demikian, secara umum lembar-lembar kenangan Indonesia masih cukup
banyak diminati dan mempunyai pasaran yang cukup baik. Pembaruan mencatat
sejumlah lembar kenangan Indonesia yang harganya cukup baik, berdasarkan
harga dalam bursa dan lelang prangko di Jakarta dan Bandung.
Berdasarkan informasi yang disampaikan pedagang prangko Suwito Harsono,
sejumlah lembar kenangan Indonesia yang saat ini termasuk paling laku antara
lain seri ''Fauna 1989'' bergambar orangutan yang satu setnya terdiri dari 2
lembar dengan desain berbeda. Saat ini, harganya menurut Suwito, berkisar
antara Rp 800.000, padahal harga satuan (nominal)nya hanya Rp 815. Sementara
dari sumber berbeda, diperoleh keterangan bahwa harga pasaran lembar
kenangan itu, paling murah adalah Rp 500.000.
Lembar kenangan lainnya yang termasuk banyak dicari orang, menurut Suwito,
adalah seri ''Jakarta '95'' yang satu set terdiri dari 7 lembar, dengan
harga pasaran Rp 750.000 (nominal Rp 17.500). Dalam lelang di Jakarta awal
Desember lalu, lembar kenangan itu yang ditawarkan dengan harga limit Rp
630.000, dengan cepat terjual.
Kemudian lembar kenangan ''Singapore '95'' dengan harga pasaran Rp 60.000
(nominal Rp 2.500), ''Primera '95'' seharga Rp 25.000 (nominal Rp 3.500),
dan ''Aseanpex '96'' dengan harga pasaran Rp 40.000 (nominal Rp 2.500).
(B-8)