First Created - January 19, 1999


November, Bursa dan Lelang Filateli Diadakan di Jakarta: 1 Lot Prangko Terjual Rp 13,5 Juta
[Surabaya Post, July 22, 1997]


Perangko langka dan souvenir sheet pengembalian Hongkong, menjadi primadona di acara Bursa dan Lelang Filateli (BLF) yang ditutup, Minggu (20/7) di atrium Plaza Tunjungan II. Saat lelang terjadi kejutan, perangko dengan limit terendah Rp 4,5 juta ditutup sampai Rp 13,5 juta atau melonjak 300%.

Perangko tersebut adalah satu lot yang berisi 8 perangko Indonesia, terdiri dari 4 perangko dengan nilai nominal 50 sen + 10 dan 4 perangko dengan nilai nominal 75 sen + 10. Empat perangko bergambar bunga Mawar putih dengan warna dasar biru, dan empat lainnya bergambar bunga Anggrek dengan warna dasar coklat muda.

Semuanya tanpa perporasi, dan menurut beberapa ahli perangko merupakan satu-satunya di dunia. Hal ini juga ditegaskan di katalog perangko, dan disebutkan sebagai satu-satunya di dunia.

"Panitia terkejut saat perangko tersebut ditawarkan, dan ternyata mendapat sambutan cukup banyak. Persaingan saling menaikkan harga terjadi dan cukup ketat, yang akhirnya dari limit terendah Rp 4,5 juta bisa menjadi Rp 13,5 juta.

Sedangkan perangko yang menjadi andalan, justru kurang peminatnya," kata Ir Said Faisal Basymeleh yang juga ketua Asosiasi Pedagang Perangko Indonesia (APPI). Kenaikan harga saat lelang, berkisar antara 10 persen sampai 20 persen saja.

Sedangkan di bursa yang menjadi primadona selain perangko dan benda filateli langka, souvenir sheet pengembalian Hongkong ke Cina juga cukup laris. Benda yang dikeluarkan 1 Juli lalu itu, di Hongkong harganya hanya sekitar Rp 40 ribu. Namun saat di bursa harganya melonjak menjadi Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu. Benda yang dicetak emas ini hanya dibuat sekitar 7000 buah, tidak mengherankan kalau menjadi rebutan para filatelis di berbagai negara.

Kode Etik

Asosiasi Pedagang Perangko Indonesia (APPI) menggelar acara BLF sejak 16 Juli lalu di Atrium Plaza Tunjungan II. Acaranya selain bursa, juga lelang yang diselengarakan Sabtu (19/7) di hotel Tunjungan. Panitia mentargetkan pendapatan sekitar Rp 500 juta, melalui lelang maupun bursa.

Lebih lanjut Said menggatakan, target yang diperkirakan panitia tidak tercapai karena filatelis dari Jakarta, Bandung dan dari negara lain banyak yang tidak hadir di Surabaya. Ia menolak memberi jawaban, saat ditanyakan jumlah pemasukan uang selama bursa dan lelang.

"Ini merupakan rahasia, dan salah satu kode etik di organisasi Filateli. Demikian juga dengan total perolehan penjualan baik di bursa maupun lelang, saya belum merinci secara keseluruhan. Namun yang jelas panitia cukup puas, karena semua acara bisa berlangsung lancar. Paling tidak salah satu tujuan bisa terpenuhi, yakni jumlah pengunjung cukup banyak dan sekaligus tujuan memasyarakatkan filateli bisa tercapai," tambahnya.

Ditemui terpisah, salah satu pedagang perangko dan benda-benda filateli, Untung Raharja mengatakan, pada saat penutupan tersebut 16 stan yang mengikuti pameran cukup banyak dikunjungi masyarakat, yang sebagian besar adalah para penggemar perangko dan benda-benda filateli lainnya. Mereka mencari perangko-perangko yang dianggap unik, langka dan menurut mereka harganya akan meningkat beberapa tahun mendatang. Seperti perangko yang dicetak saat zaman revolosi, Belanda dan Jepang masih menduduki Indonesia, paling banyak dicari.

Para pemborong perangko ini memprediksikan, semua yang dibeli dari bursa dan lelang di Surabaya, harganya akan melonjak saat acara yang sama Nopember mendatang di Jakarta. Perkiraan tersebut memang wajar-wajar saja, disanalah biasanya banyak dikunjungi para pengemar perangko dari berbagai belahan dunia. Mereka datang secara rombongan, dan berani menawar harga cukup tinggi. (yan)



Back to Clippings Philately | HOME