First Created - February 7, 1999
JAKARTA - Perkembangan penjualan lembar kenangan (souvenir sheet) Indonesia
terbitan 1998 sampai sekarang, kurang menggembirakan. Kaum filatelis agaknya
kurang menyukai penerbitan 1998 sampai sekarang, karena jumlah cetakannya
dianggap terlalu banyak sehingga harga nominal (harga satuan yang tercetak
pada lembar kenangan itu) dianggap terlalu mahal serta penerbitannya juga
dianggap terlalu sering.
Tidak heran bila dalam perkembangannya lembar kenangan yang telah dibeli
pedagang prangko atau investor filateli yang membeli dalam jumlah besar,
kurang laku untuk dijual kembali. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, lembar
kenangan yang dijual di Kantor Filateli maupun loket filateli Kantor Pos dan
Giro, cepat terjual habis. Umumnya diborong pedagang prangko dan investor
filateli.
Mereka inilah yang kemudian ''menangguk'' untung, karena masih banyak
filatelis yang berminat. Sehingga, filatelis yang tidak kebagian membeli
dengan harga nominal, terpaksa membeli kepada pedagang prangko dan investor
filateli.
Namun, kini dengan semakin banyak jumlah cetak lembar kenangan setiap kali
terbit, filatelis tidak perlu takut tidak kebagian membeli di loket
filateli. Bahkan, tidak jarang lembar kenangan yang sudah cukup lama terbit,
masih tersedia di Kantor Filateli. Padahal dulu, paling lama seminggu lembar
kenangan itu tersedia di Kantor Filateli, sebelum dibeli habis filatelis.
Sering pula, masih pada hari terbit pertama lembar kenangan itu, sudah
terjual habis.
Akibat keadaan yang terjadi saat ini, yaitu banyaknya jumlah cetak dan
jumlah penerbitan lembar kenangan Indonesia, berdampak pula kepada pedagang
prangko dan investor filateli. Karena, mereka tidak dapat segera menjual
lembar kenangan itu, padahal sebagian di antara mereka mengharapkan ada
perputaran uang dengan cepat dan menguntungkan, yang terjadi justru mereka
terpaksa menjual dengan potongan harga.
Potongan harga (diskon) itu berkisar antara 5, 10 sampai 15 persen, dan
berlaku untuk pembelian dalam jumlah minimal 100 lembar. Jadi, pedagang
prangko dan investor filateli kini terpaksa menanggung rugi.
Makin Meningkat
Kaum filatelis yang ditemui Pembaruan pekan ini di Jakarta, secara terus
terang mengungkapkan keprihatinan mereka mengenai keadaan itu. Seorang di
antara mereka mengatakan, bila hal tersebut terus-menerus dibiarkan, hal itu
bisa membahayakan perkembangan kegiatan filateli di Tanah Air.
Orang nantinya tidak percaya lagi dengan salah keuntungan filateli, yaitu
bahwa mengumpulkan benda filateli sama dengan menabung. Karena harganya
makin lama makin meningkat. Tetapi, kini kenyataan yang dilihat justru
sebaliknya.
Untuk mengatasi hal itu, beberapa filatelis mengusulkan agar kiranya
pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi bisa membatasi
penerbitan lembar kenangan.
Dari perbincangan dengan kaum filatelis itu, diperoleh angka bahwa yang
paling ideal menerbitkan paling banyak 3 sampai 4 lembar kenangan dalam
setahun. Satu untuk memperingati peristiwa nasional yang benar-benar
penting, satu untuk memperingati pameran filateli sedunia dan satu lagi
untuk memperingati pameran filateli tingkat Asia Pasifik atau tingkat
nasional. Sedangkan jumlah cetak tiap kali terbit, diusulkan agar jangan
lebih dari 100.000 atau 125.000 lembar saja. Sementara harganya bervariasi
antara Rp 2.500 sampai paling mahal Rp 5.000 per lembar.
Dipakai Habis
Mengatasi sisa lembar-lembar kenangan Indonesia terbitan 1998 dan 1999 yang
belum laku terjual, diharapkan agar masa jual khusus untuk lembar kenangan
dibatasi pula. Misalnya, bila sampai tiga bulan setelah hari penerbitan
belum terjual habis di Kantor Filateli atau loket-loket filateli Kantor Pos
dan Giro, sebaiknya lembar kenangan itu ditarik oleh PT Pos Indonesia.
Selanjutnya, lembar-lembar kenangan yang masih tersisa, dipotong-potong saja
perforasinya, sehingga tinggal berbentuk seperti prangko biasa.
Prangko-prangko ex lembar kenangan itu, kemudian dijual di Kantor Pos dan
Giro, sebagaimana prangko biasa umumnya.
Jadi, bisa dimanfaatkan konsumen pos non-filatelis dan dipakai habis untuk
keperluan pengiriman surat pos. Melalui cara itu, diharapkan lembar-lembar
kenangan itu akan segera habis dan yang tersisa dalam kondisi belum terpakai
(mint) memang benar-benar tinggal sedikit. Cara itu sekaligus membantu pihak
PT Pos Indonesia, agar tidak rugi dengan tidak terjualnya lembar-lembar
kenangan yang diterbitkan.
Bagi filatelis sendiri, bila yang belum terpakai tinggal sedikit, tentu akan
membantu menaikkan harga lembar kenangan yang kondisinya masih mint itu.
Sama keadaannya seperti lembar kenangan ''Seniman Indonesia 1997'' dalam
kondisi belum terpakai yang kini mulai banyak dicari, karena banyak yang
dipakai (used) untuk pengiriman surat pos. (B-8)
Back to Clippings Philately | HOME