First Created October 4, 1998
FILATELI adalah investasi. Itu bagi yang mengerti. Sejak dulu
kegiatan koleksi prangko dan benda pos ini memang sudah
menjadi lahan hobi sekaligus kepentingan bisnis. Malah di tengah
badai krisis sekarang ini, justru makin banyak orang yang
melirik dan menerjuni.
Menurut filatelis di Surabaya, Ir Ryantori, banyaknya orang yang
beralih ke bisnis dan hobi ini lantaran benda-benda filateli
merupakan benda komoditas internasional.
"Pada saat benda itu berada di Kantor Pos maka benda itu masih menjadi
komoditas lokal. Tetapi bila sudah berada di luar
Kantor Pos --misalnya di para pedagang--, maka sudah menjadi komoditas
internasional, pasarnya dunia," katanya.
Sedang dengan melonjaknya nilai dollar dan melemahnya rupiah saat ini,
harga benda filateli Indonesia di luar negeri tidak mengikuti
nilai rupiah, justru sebaliknya mengekor dollar.
Dicontohkan, kalau misalnya harga benda filateli Indonesia 1 dollar AS
sebelum krismon sama dengan Rp 2.500,00, tetapi
sekarang yang seharga 1 dollar sama nilainya dengan Rp 12 ribu.
Memang, bisnis dengan kelas seperti ini bisa dilakukan oleh para
filatelis lama yang telah memiliki jaringan dunia. Tetapi bagi para
filatelis pemula yang belum memiliki jaringan dunia, bisnis ini tetap
menarik dan mendatangkan untung.
"Sekarang, sudah banyak yang mengerti dan menggemari filateli," kata
Ryantori yang telah mendapatkan berbagai penghargaan
internasional di dunia filateli.
Menurut Ryantori, kalau sekitar tahun 1989, para filatelis di
Indonesia kurang dari 500 orang. Tetapi saat ini sudah mencapai 700
ribu orang.
Bunga
Bila diibaratkan dengan bunga bank, bunga yang ditawarkan di filateli
ini juga cukup menjanjikan. Hanya prosentase kenaikan dari
harga nominal ke harga baru, tergantung dari bursa dan juga sedikit
trik. Semakin langka dan unik, tentu semakin besar nilainya.
Misalnya, selembar suvenir sheet bergambar fauna (kera) terbitan tahun
1989 dengan nominal dua prangkonya, masing-masing Rp
100,00 dan Rp 75,00. Di katalog filateli tahun ini, suvenir sheet itu
sudah seharga Rp 350 ribu. Tetapi di bursa filateli yang berlangsung
tiap minggu di berbagai tempat, malah antara Rp 500 hingga 700 ribu.
Mungkin, bila dilihat dari tenggang waktu, untuk mencapai harga
ratusan ribu seperti dalam contoh itu diperlukan waktu sekitar 9
tahun. Tetapi tidak semua benda harus menunggu lama untuk mendapatkan
laba dalam bursa penjualan.
Misalnya saja saat ini banyak filatelis yang tengah memburu sampul
hari pertama yang terdapat replika lokomotif yang diterbitkan
10 Agustus lalu.
Bila membeli di Kantor Pos, harga per lembar hanya Rp 15 ribu. Tetapi
lantaran saat ini Kantor Pos kehabisan stok, di tempat
pedagang harganya sudah mencapai antara Rp 40 hingga 50 ribu.
"Menyimpan uang di bank, masih mendatangkan kekhawatiran jangan-jangan
banknya tidak sehat. Kalau benar-benar ada
sanering, tentu simpanan di bank itu juga terkena imbasnya. Tetapi
difilateli tidak," kata Budi Santoso, salah satu kolektor dari Malang.
Tetap Ramai
Menurutnya, di sepanjang badai multi krisis sekarang ini, bursa
barang-barang filateli tetap ramai dengan transaksi.
Begitu juga di Kantor Pos. Kabag Divisi Filateli Kantor Pos Surabaya,
Sindu Handoyo SH, di Jl. Kebonrojo. Setiap hari,
pihaknya selalu sibuk melayani pembelian dan pemesanan benda-benda
filateli.
Seperti diketahui, benda filateli bukan hanya prangko saja, tetapi
juga ada suvenir sheet, booklet, sampul hari pertama, maximum
card, dan sebagainya.
"Kendati saat ini sedang dilanda krisis, setiap hari selalu saja ada
yang datang ke sini. Bahkan mereka bukan hanya para filatelis
Surabaya, melainkan juga ada yang datang dari daerah lainnya," kata
Sindu.
Saat ini pihaknya tengah kuwalahan melayani pemesanan sampul hari
pertama yang terdapat replika lokomotif, serta prangko edisi
khusus tahun 2000 seri kedua.
"Menurut teman-teman para filatelis, bila edisi khusus tahun 2000 seri
kedua digabung dengan seri pertama, di pasaran harganya
sudah mencapai sekitar Rp 140 ribu," kata Sindu.
Dikatakan, untuk replika lokomotif pada sampul hari pertama saat ini
Kantor Pos Besar Surabaya sedang menunggu kiriman dari
Bandung. Sebelumnya, pihaknya telah mendapat jatah sebanyak 500
eksemplar. Tetapi ternyata itu langsung habis. Bahkan, banyak
pelanggannya yang belum kebagian.
Sedang yang edisi khusus tahun 2000 seri kedua yang sebelumnya telah
habis, pihaknya sudah mendapatkan stok baru dan tinggal
membagikan kepada pelanggan.
Dalam hal filateli ini, peran Kantor Pos menurut Sindu hanya sebagai
penyedia sarana serta konsultan.
Jual Rumah
Nah, cukup menarik kan? Karena itu tak heran bila ada seorang
filatelis yang bersedia menjual rumahnya hanya untuk ditukar
dengan prangko Lady Di.
Ada yang tertarik mengikuti bisnis ini? Yang tertarik, sebaiknya
sering datang mengikuti bursa yang dilakukan minggu pertama dan
minggu ketiga di Kantor Pos Surabaya. Atau minggu kedua dan keempat di
Kantor Pos Malang.
"Dari situ kita bisa tahu jenis apa yang tengah diburu serta berapa
pasarannya," kata Andre, seorang filatelis lainnya di Surabaya.
Budi Santoso menambahkan, sebaiknya, bagi para pemula sering-sering
berkonsultasi dalam hal membeli benda-benda filateli itu.
"Kalau asal membeli, jangan-jangan setelah kita simpan 20 tahun,
harganya tetap. Berarti kan percuma," kata Budi. (Ratna Devi)