|
Sekolah Filateli Indonesia, Investasi Jangka Panjang
[Kirim Pesan]
TOKYO (Love Indonesia Philately) - Membuat sekolah sama dengan "membuat" manusia. Sekolah yang baik
membuat manusia itu semakin baik dan sebaliknya. Itu jelas bukan
impian yang bisa direalisasikan satu malam untuk mewujudkan masa depan
yang penuh tantangan. Kini, impian itu akan diwujudkan dalam realitas
sebuah sekolah khusus bagi penggemar pengumpul prangko di Indonesia.
Kita sebut saja Sekolah Filateli Indonesia (SFI).
Bentuk pengajaran ini bukan hal baru. Di Amerika Serikat (AS) telah
ada sejak lama, namun tampak sulit sekali berkembang, terlebih di masa
ekonomi yang kurang menentu saat ini. Itu sebabnya pendidikan ini
berubah nama menjadi Kampus Prangko (Stamp Campus) dan lebih
menekankan kepada pengajaran jarak jauh lewat internet. Mengapa?
Karena di AS, jaringan internet sudah maju dan bisa lebih efisien
serta efektif, mengirit tenaga, uang, dan waktu yang harus dihabiskan
untuk menuju lokasi sekolah. Pengajaran pun bisa dengan tatap muka
hanya lewat jaringan serat optik. Layar monitor dan kamera menjadi
alat komunikasi penting dalam dunia pendidikan.
Lalu, bagaimana penerapannya di Indonesia? Dua hal perlu dipersiapkan,
baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Perangkat lunak berupa
program pengajaran, tenaga pengajar yang profesional, serta manfaat
yang dapat diperoleh masyarakat, peserta, atau murid sekolah tersebut.
Melihat situasi dan kondisi di Indonesia sebagai negara berkembang,
perlu dilihat dari segi praktis.
Apa manfaat bagi pelajar mengikuti sekolah itu? Pengajaran ini sebagai
ekstrakurikuler pilihan saat ini memang telah dilakukan beberapa
sekolah lanjutan di Indonesia. Dari sana kita bisa mengambil banyak
pengalaman yang positif untuk pembentukan SFI ini. Sebagai contoh,
apabila seseorang menjadi pelajar SFI, apakah bisa memperoleh tambahan
kredit bagi studinya, apakah diakui oleh Depdiknas, apakah bermanfaat
bagi dirinya, lingkungan, dan masa depannya, dan sebagainya.
Banyak Manfaat
Kita tahu, hobi mengumpulkan prangko digembar-gemborkan memiliki
banyak manfaat, antara lain kita menjadi lebih teliti dan penyabar.
Percaya atau tidak, penulis sendiri merasa perubahan dan menjadi
manusia positif setelah mengumpulkan prangko, khususnya saat duduk di
sekolah lanjutan tingkat pertama. Sifat ceroboh, sampai-sampai perut
dicubit sakit sekali oleh sang guru di muka kelas gara-gara tidak
teliti menghitung angka, berubah menjadi teliti setelah hobi
mengumpulkan prangko ditekuni serius.
Keuntungan dan nilai tambah inilah yang perlu dipikirkan lebih lanjut
dalam perencanaan program lebih lanjut. Pelajar pun menjadi aware
sejak awal memasuki SFI ini. Jangan sampai SFI menjadi seperti beli
kucing dalam karung, hanya membeli sesuatu gara-gara promosi hebat
tapi isinya kosong melompong.
Lalu perangkat keras juga harus dipersiapkan, berupa segala produk
kelengkapan filateli untuk juga bisa digunakan atau dipraktekkan sang
pelajar. Memberi pengajaran dan tahu teori saja mengenai filateli
bukanlah filatelis. Filatelis itu tahu secara teori dan
melaksanakannya. Suatu hobi (mengumpulkan prangko) tidak bisa
dikatakan hobi kalau hanya tahu tapi tak memiliki satu keping pun
benda filateli, entah itu prangko, carik kenangan, sampul hari
pertama, sampul peringatan, album prangko, dan sebagainya.
Mempersiapkan perangkat keras ini juga tidak mudah. Mengapa? Karena
harganya tidaklah murah, kecuali apabila SFI mendapat subsidi besar,
peralatan filateli bisa diperoleh pelajar dengan cuma-cuma. Misalnya
kaca pembesar, pinset, dan pengukur gigi prangko. Tapi, sampai kapan
subsidi bisa dilakukan? Kalau tidak disubsidi, hanya pelajar dari
kalangan berduit yang bisa menjadi anggota atau pelajar SFI. Sedangkan
masyarakat luas yang berpendapatan pas-pasan atau sangat kurang tidak
akan bisa menikmatinya. Lalu, apakah akan muncul semacam diskriminasi
bahwa hobi mengumpulkan prangko hanya untuk orang kaya saja?
Berbagai Masalah
Berbagai masalah akan bermunculan, baik dari segi perangkat lunak
maupun perangkat keras. Namun, satu yang menjadi keprihatinan dan
pesan sangat penting bagi penulis adalah agar SFI ini tidak menjadi
bagian dari komersialisasi komoditas filateli. SFI bukan untuk mencari
uang belaka, tapi untuk mendidik dan memberikan nilai tambah bagi
masyarakat Indonesia.
Apabila SFI berhasil menjalankan misinya dengan baik untuk memberikan
nilai tambah bagi penggemar pengumpul prangko serta meningkatkan
kesadaran melestarikan budaya berprangko, dapat dipastikan SFI akan
menjadi suatu proyek panutan bagi proyek pendidikan lain.
Secara konkret, satu manfaat akan diraih sangat besar bagi Pos
Indonesia. Promosi, proteksi, serta pengeluaran berbagai biaya dapat
ditekan sangat besar apabila masyarakat semakin menyadari betapa
pentingnya prangko. Bila masyarakat mengenal prangko, dengan mudah
akan mengetahui mana prangko asli mana prangko palsu. Masyarakat
sendiri menjadi "papan proteksi" alamiah bagi keberadaan prangko. Itu
barulah satu manfaat nyata bagi khususnya Pos Indonesia.
Bagaimana bagi masyarakat sendiri, khususnya pelajar SFI? Banyak hal
atau manfaat bisa kita raih dari hobi mengumpulkan prangko. Yang
jelas, dengan belajar filateli, kita juga belajar suatu sejarah.
Setidaknya, proses sebuah benda filateli, apakah itu yang telah
digunakan ataupun yang belum dipakai.
Buat apa mengetahui proses itu, tak ada manfaatnya bagi hidup kita,
bukan? Oops, salah. Dengan mengetahui proses tersebut, kita akan
belajar sejarah dan pengetahuan bertambah. Belajar sejarah artinya
kita juga belajar untuk masa depan. Tak mungkin kita melihat ke muka
tanpa mengetahui (tidak usah tahu) apa yang terjadi di masa lalu.
Semua perdebatan ini akan semakin menarik bila dilakukan di dalam SFI.
Itulah sebabnya, perlu pengajar yang profesional dan tahan banting,
tahan dikritik, dan mau mengembangkan diri. Bukan sekadar cari duit
menjadi pengajar dan memanfaatkan SFI sebagai tempat mencari
keuntungan bagi diri sendiri. Banyak hal yang mesti dipertimbangkan
dan digarap lebih lanjut. Namun, satu atau dua kepala saja tak cukup
untuk itu.
Bidang pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Masukan dari semua
pihak perlu dikaji dan dipertimbangkan agar tidak menjadikan proyek
SFI ini sebagai proyek uji coba belaka, tapi bisa lebih terkendali
dengan perencanaan dan pemikiran yang matang jauh hari.
Richard Susilo
SUARA PEMBARUAN DAILY
Last modified: 11/23/01
HOME | Today's News | Shopping Copyright 1999-2001
© SuratkabarCom Online
|