LAPORAN
LEMBAGA
SWADAYA FILATELIS INDONESIA
Sekretariat :
Jl. Kelapa Sawit XII Blok BG 8/7 Gading Serpong, Tangerang 15810
Phone / Fax :
021-54200017
EVALUASI
PENERBITAN BENDA FILATELI DI INDONESIA
TAHUN 2000
LAPORAN
INI DIBERIKAN KEPADA YTH :
1.
Dirjen Postel selaku Ketua Tim
Pembinaan Perprangkoan Indonesia di
Jakarta
2. Direktur PT Pos Indonesia di Bandung
3. Ketua Umum PP PFI di Jakarta
4. Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia di Surabaya
5. Manajer Bisnis Filateli PT Pos Indonesia dan tim produksinya di Bandung
6. Para direksi LSFI di Lampung, Makassar,
Bali, Surabaya, Bandung, Padang, Manado .
Kata
Pengantar
Salam Filateli,
Seperti biasa,
pada setiap akhir tahun Lembaga Swadaya Filatelis Indonesia memberikan evaluasi
singkat mengenai produk penerbitan benda filateli PT Pos Indonesia untuk
menjadi bahan evaluasi dan pemikiran peningkatan produk dan mutu di masa
mendatang. Laporan ini bukan bersifat untuk memberi pengarahan kepada
pihak-pihak tertentu, namun lebih mengutamakan sumbangsih pemikiran terhadap
kondisi terhadap kesalahan prosedural yang masih sering terjadi. Laporan ini
disusun per urutan tanggal kejadian. Mudah-mudahan
hasil evaluasi ini ada manfaatnya.
35
KESALAHAN PROSEDUR PENERBITAN PRODUK FILATELI
PT POS INDONESIA PADA TAHUN 2000
1. TANGGAL : 1 JANUARI 2000
SAMPUL PERINGATAN MILLENIUM VERSI
UNIT DIVISI FILATELI SEMARANG
Sampul Peringatan Milenium yang terbit
1 Januari 2000, cap teraannya bertuliskan nama provinsi Jawa Tengah, 1 Januari
2000, padahal seharusnya bertuliskan nama kota bukan nama provinsi karena semua
cap harus menggunakan nama tempat/kota kantor pos berada. Lebih aneh lagi
sampul yang seharusnya terbit tgl 1 Januari 2000 tersebut ternyata baru dijual
di Semarang 2 bulan kemudian. Agar Divisi Filateli Pusat mengarahkan produksi
sampul peringatan di daerah lebih diperhatikan etika penerbitannya.
2. TANGGAL : 2 FEBRUARI 2000
SAMPUL COIN VERSI UNIVERSITAS
INDONESIA
Sampul Hari Pertama prangko 50 tahun
Universitas Indonesia menjadi kontroversial ketika selain versi yang
diterbitkan PT Pos Indonesia juga dijual produk terbitan Universitas Indonesia
(tanpa logo PT Pos Indonesia) padahal coin yang digunakan sama dengan SHP.
Sampul versi UI ini hanya dijual di Kantor Filateli Jakarta, sehingga ada
indikasi hal tersebut titipan orang dalam, karena seharusnya produk tanpa logo
PT Pos Indonesia tidak dapat dijual di loket filateli milik PT Pos Indonesia.
Sampul jenis tersebut masih dijual hingga kini dan sewajarnya dikembalikan
kepada penitipnya.
3. TANGGAL : 10 APRIL 2000
SP UNIT SEMARANG YANG TIDAK BERURUT
TERBIT DAN CAP FOIL EMAS
Sampul Peringatan Unit Divisi Filateli
Semarang tgl 10 April 2000 menerbitkan
SP Jepara Bumi Kartini dengan cap foil emas dengan nomor registrasi
sampul SP 001/2000 namun anehnya sebulan kemudian terbit lagi SP dari Unit
Semarang dengan nomor registrasi SP 02/2000 seri 50 tahun Suara Merdeka dengan
cap foil juga tgl penerbitan 11 Februari 2000. Ini berarti sampul no. 02/2000
dibuat dan dijual terlambat dari tanggal penerbitannya. Hal ini kurang dapat
diterima masyarakat filatelis, karena dengan demikian bisa nantinya suatu even
yang sudah berlangsung, beberapa waktu kemudian baru diperingati Sampulnya.
Kesalahan lainnya ialah penggunaan cap foil emas pada sampul unit divisi
Semarang sebaiknya diganti dengan cap bantalan biasa sebagaimana sudah dihimbau
oleh Ditjen Postel sendiri.
4. TANGGAL
: 13 APRIL 2000
SAMPUL PERINGATAN 50 TAHUN HUBUNGAN
INDONESIA-CHINA TERBATAS !
Sampul Peringatan 50 tahun hubungan
diplomatik Indonesia-China yang terbit 13 April 2000 dijual sangat terbatas
karena hanya dijual beberapa jam saja pada hari penerbitannya di Jakarta maupun
Bandung. Kode urut penerbitan sampul juga berbeda dari yang lain dengan adanya
tambahan tulisan CC (Commemorative Cover) di tengah sehingga nomor urut sampul
ialah 02/CC/2000 padahal SP lain tidak pernah mencantumkan tulisan CC di tengah
kode urut. Hal ini akan membingungkan bagi filatelis pemula yang sering
tertukar kodenya dengan antara penerbitan SHP dan SP. Sebaiknya mulai tahun
2001 kode tengah seperti CC diganti menjadi SP dan untuk semua SHP juga diberi
kode tengah SHP. Serta untuk menghindari kesalahan pencantuman tanggal terbit
di samping kode tadi agar dihilangkan saja karena umumnya desain atau cap pada
sampul sudah memuat penjelasan sejenis.
5. TANGGAL : 18-23 APRIL 2000
SAMPUL PERINGATAN MUPHILEX 2000
HANYA BEROPLAH 200 SAMPUL JADI REBUTAN !
Sampul Peringatan Pameran Prangko
dengan coin di Museum Prangko Taman Mini Indonesia Indah dengan nama MUPHILEX
2000 hanya dibuat 200 sampul, namun pada saat penerbitan hanya 50 sampul saja
yang dijual. Ini berakibat para filatelis yang mengantri sejak dini hari kecewa
karena praktis hanya beberapa filatelis saja yang mendapatkannya. Akibatnya
harga pasar dalam sehari bisa naik sampai 5 kali lipat, sebelum akhirnya oknum
dalam Mupi menawarkan sampul sisanya beberapa hari kemudian dengan harga di
atas nominal. Kejadian pembatasan oplah ini amat disesalkan, sehingga harus
dibatasi minimum cetak untuk setiap jenis penerbitan.
6. TANGGAL : 23 APRIL 2000
CAP SP HARI BUMI TANPA NAMA KOTA
Pada Sampul Peringatan Hari Bumi
tanggal 23 April 2000, untuk pertama kalinya Cap tidak diterakan menggunakan nama
kota. Hanya ada tulisan Hari Bumi, 2000, 23 April. Kesalahan ini sangat fatal
sehingga seharusnya Sampul Peringatan tersebut ditarik. Adalah suatu kelaziman
bahwa suatu cap teraan apapun untuk SHP/SP diterakan nama kota selain tanggal
terbit. Kiranya tim produksi PT Pos Indonesia bisa lebih menguasai etika
penerbitan filateli yang berlaku disini.
7. TANGGAL : 2 MEI 2000
SP KOTA SEMARANG KE-453 YANG
KONTROVERSIAL
Pada sampul peringatan HUT 453 Kota
Semarang yang diterbitkan bersama oleh Unit Filateli Semarang dan PD PFI
Jateng, beberapa kesalahan prosedur ditemui antara lain : Cap peringatan pada
SP masih menggunakan cap berupa teraan foil emas yang dilarang dipakai pada
pengecapan dan teraan tanggal pada cap seharusnya menggunakan 1 macam tanggal
yaitu 2 Mei 2000 bukan tulisan 2 Mei 1547-2 Mei 2000, karena bisa memberikan
arti lain dan tidak lazim.
8. TANGGAL : 22 MEI 2000
SAMPUL PAMERAN S/S LONDON 2000 TIDAK
JELAS PENOMORANNYA
Sampul Pameran The Stamp Show London
2000 yang terbit tgl 22 Mei 2000 tidak jelas penomoran registrasinya karena
diberi angka 005005 yang tidak mencerminkan penomoran SP sebelumnya. LSFI
menyarankan penomoran Sampul Pameran digabung dengan Sampul Peringatan lainnya
seperti produk pada tahun sebelumnya.
9. TANGGAL : 3 JUNI 2000
SP KOTA BOGOR 518 YANG HANYA DIJUAL
DI BOGOR
Inilah satu-satunya Sampul Peringatan
yang bernomor urut dari PT Pos Indonesia yang hanya dijual di satu kota yaitu
Bogor sehingga filatelis dari kota lain sama sekali tidak mendapat kesempatan
untuk memilikinya selain membeli di Kantor Pos Bogor, itupun jika beruntung
karena beberapa filatelis yang datang ke sana banyak yang kecewa dengan
pelayanan, harga dan pembatasan yang diberikan pegawai PT Pos Indonesia setempat.
Bahkan disebut-sebut jumlah cetakannya hanya 500 sampul, jauh dari kebutuhan
minimum setiap penerbitan 2000 sampul. Padahal SP dengan normor urut terbit
seharusnya setiap filatelis bisa memperoleh kesempatan yang sama, jika tidak
maka akan “kehilangan” urutan nomor SPnya. Sampul Peringatan yang terbit tahun
2000 dengan angka ulang tahun ganjil seperti 518 tahun Bogor, 190 tahun
Bandung, 253 tahun Kraton Yogya, 40 tahun Bandung-Braunchweig, 453 tahun Ciamis
dan 393 tahun kota Makassar hendaknya
dapat dihindari dan ijin penerbitan semacam itu hendaknya dibatasi untuk
peringatan kelipatan 25 / 50 tahunan saja, mengingat jika tidak dibatasi, maka
setiap setiap tahun bisa terjadi puluhan bahkan ratusan sampul peringatan
semacam itu. Pihak Divisi Filateli harus lebih selektif, jangan hanya
memikirkan peningkatan pendapatan yang masuk dibandingkan dampak dari
penerbitan tersebut.
10. TANGGAL : 1 JULI 2000
TULISAN “OLIMPIC” YANG SALAH PADA
SHP OLIMPIADE XXVII
Dalam bahasa Inggris, Olimpiade ditulis
Olympic. Pada SHP Olimpiade XXVII, tulisan Olympic ditulis “Olimpic” sehingga
cukup mengganggu, padahal penjelasan di bagian belakang SHP dalam bahasa
Inggris sudah benar menggunakan tulisan “Olympic”. Kesalahan terjadi pada 3
jenis SHP dengan nomor urut : 9a/2000, 9b/2000 dan 9c/2000. Di luar negeri
kesalahan seperti ini praktis harus diperbaiki dengan cara menarik peredaran
SHP yang salah tersebut. Mudah-mudahan tim produksi PT Pos Indonesia lebih
memahami perbendaharaan kata dalam
bahasa asing.
11. TANGGAL : 14 JUNI 2000
PENERBITAN SP 40 TAHUN
BANDUNG-BRAUNCHWEIG YANG MEMBINGUNGKAN
Awal hubungan kerjasama kota Bandung-Braunchweig seperti
dijelaskan pada bagian belakang SP adalah pada tanggal 26 Mei 1960. Namun
kenyataannnya Sampul Peringatan 40 tahun Bandung-Braunchweig ini diterbitkan
pada tanggal 14 Juni 2000. Kesalahan lain ialah pada bagian pojok bawah SP,
terlihat bahwa tanggal terbit SP ialah pada tanggal 23.VI.2000. Jelas ada
kerancuan dari 3 macam tanggal yang membingungkan ini, meskipun filatelis lebih
menganggap tanggal pada cap yaitu tgl 14 Juni 2000 sebagai tanggal terbit SP
meski tidak ada korelasinya. PT Pos Indonesia seharusnya membatasi penerbitan
sampul peringatan untuk kelipatan 25 atau 50 tahunan. Mengapa hal seperti ini
masih dapat terjadi ?
12. TANGGAL : 19 JUNI 2000
SP PON XV SEHARUSNYA TIDAK PERLU
TERBIT LAGI KARENA SUDAH ADA PENERBITAN PRANGKO PON XV
Prangko PON XV Jawa Timur yang terbit
pada tanggal 1 April 2000 seharusnya sudah mewakili peringatan dimaksud,
sehingga pada tanggal 19 Juni 2000 saat pembukaan PON tidak perlu lagi ada
penerbitan dalam bentuk Sampul Peringatan (SP ke 08/2000). Sebagaimana
diketahui, bahwa salah satu tujuan penerbitan Sampul Peringatan diterbitkan
jika program penerbitan dalam bentuk prangko tidak dapat dipenuhi. Bila tidak
demikian, maka akan semakin banyak produk filateli tidak penting akan banyak
bermunculan. Diusulkan pula bahwa penerbitan prangko PON atau even olahraga
lainnya sebaiknya bertepatan dengan dimulainya even dimaksud.
13. TANGGAL : 21 JUNI 2000
SP HAL BUNG KARNO YANG TIDAK
BERUKURAN STANDAR
Sampul Peringatan yang diterbitkan oleh
Kantor Pos Blitar tgl 21 Juni 2000 seri 30 tahun haul Bung Karno tidak
mengikuti ukuran standar SP yang diterbitkan Divisi Filateli Pusat. KP Blitar
menerbitkan SP ukuran 11 x 21,5 cm, sedangkan divisi filateli biasanya
menerbitkan ukuran SP ukuran 11 x 19 cm. Keluhan dari filatelis ialah SP Blitar
tersebut tidak dapat dimasukkan Album standar dan akibat lebih panjang dari
standar, maka mudah tertekuk.
14. TANGGAL : 20 JULI 2000
SP 54 TAHUN BHAYANGKARA BERBEDA
TANGGAL ANTARA CAP DAN SP
Kembali kesalahan pencantuman tanggal
terulang pada Sampul Peringatan 54 tahun Bhayangkara, dimana pada pojok kanan
bawah SP tertera tanggal terbit 19.VII.2000, namun kenyataan SP baru dijual
tanggal 20 Juli 2000 sesuai teraan capnya. Padahal Hari Bhayangkara sebagaimana
diketahui jatuh pada setiap tanggal 1 Juli. Jika SP dimaksudkan dalam rangka
Pameran Teknologi POLRI, seharusnya tulisan 54 tahun Bhayangkara diganti
penjelasan yang lebih berkenaan dengan penerbitan. Sampul Peringatan ini juga
dijual sangat terbatas hingga tidak semua filatelis kebagian mendapatkannya
secara mudah.
15. TANGGAL : 22 JULI 2000
SP 358 TAHUN CIAMIS HANYA DIJUAL DI
CIAMIS
Sampul Peringatan 358 tahun kota Ciamis
dengan nomor urut 12/2000 ini diterbitkan tanggal 22 Juli 2000 jauh dari
tanggal peringatan sebenarnya 358 tahun Ciamis yang jatuh pada tanggal 12 Juni
2000. Ketidaktepatan waktu penerbitan dengan peringatan seharusnya bisa
dihindari atau tidak diberikan ijin penerbitannya secara nomor urut nasional.
SP ini sendiri hanya dijual di Ciamis, kalaupun ada di loket filateli di
Bandung itu merupakan titipan dari PT Pos Indonesia Ciamis dalam jumlah
terbatas. Angka peringatan yang kurang pas untuk kelipatan 25 atau 50 tahun ini
juga menandakan kurang selektifnya PT Pos Indonesia dalam memberikan ijin
penerbitan benda filateli. Selain itu jumlah penerbitan yang hanya 1000 sampul
tidak dapat melayani kebutuhan permintaan filatelis se-Indonesia.
16. TANGGAL
: 13 AGUSTUS 2000
MENGAPA SOUVENIR SHEET WWF 2000
TIDAK MENGGUNAKAN LOGO WWF ?
Saat ini koleksi konservasi WWF memang
merupakan koleksi yang paling diminati dan cukup berharga dikumpulkan. Terbukti
bahwa setiap penerbitan benda filateli dengan menggunakan logo WWF (berupa
gambar panda) pasti cepat terjual habis. Penerbitan prangko WWF Komodo
sayangnya tidak diikuti peneraan logo WWF pada Souvenir Sheetnya, sehingga
khususnya kolektor WWF dari luar negeri yang lebih dominan sebagai pembeli
tidak menganggapnya sebagai koleksi WWF. Komentar serupa banyak disebutkan oleh
filatelis dalam negeri yang memang mengkhususkan diri pada koleksi konservasi
WWF ini. Mudah-mudahan PT Pos Indonesia / Ditjen Postel lebih jeli menangkap
pangsa pasar, karena kejadian seperti ini pernah terjadi pada seri WWF Badak
tahun 1996 sehingga harganya tidak dapat setinggi Souvenir Sheet WWF Orang Utan tahun 1989 yang menggunakan logo
WWF.
17. TANGGAL : 17 AGUSTUS 2000
PRANGKO GUS DUR-MEGAWATI YANG KURANG
SEMPURNA
Penerbitan prangko seri Presiden dan
Wakil Presiden RI yang konon merupakan cetakan ulang setelah cetakan pertamanya
diganti karena “senyuman” Ibu Megawati ditolak, sehingga hanya dalam waktu 3
hari saja prangko seri ini dicetak ulang dengan desain baru. Hasilnya banyak
nominal prangko yang bergeser dari tempatnya sehingga variasinya cukup banyak,
bahkan ada nominal harga yang meleset hingga ke tepi margin prangko. Ditemukan
juga gambar Gus Dur berbayang sehingga kesannya kopiah yang digunakan lebih
tinggi, sampai masalah penempatan perforasi yang tidak tepat. Contoh
ketidaksempurnaan tersebut dokumennya dimiliki LSFI. Mudah-mudahan prangko
cetakan pertama yang memuat Dwi-Tunggal Pemimpin RI tersenyum tidak sampai
ditemukan di kalangan filatelis.
Ditemui pula kesalahan penulisan yang
sangat disesalkan pada bagian belakang SHP tulisan Partai Kesatuan Bangsa
padahal seharusnya Partai Kebangkitan Bangsa. Dianjurkan pada kesempatan
pertama prangko cetakan pertama tersebut segera dimusnahkan dengan disaksikan
oleh pihak yang berkompeten bersamaan pemusnahan prangko yang sudah habis masa
lakunya.
18. TANGGAL : 25 AGUSTUS 2000
CAP DOKUMEN FILATELI 253 TAHUN
KRATON YOGYA BERTULIS SAMPUL PERINGATAN
Jelas bahwa Sampul Peringatan berbeda
dengan Dokumen Filateli, sehingga tidak
benar bila cap bertuliskan Sampul Peringatan dipakai pada Dokumen Filateli.
Semenjak terbitnya dokumen filateli beberapa waktu terakhir ini, maka hampir
keseluruhan Dokumen Filateli dicap dengan tulisan Sampul Peringatan. Termasuk
dalam hal ini dokumen filateli seri 253 tahun kraton Yogya. Sampul Peringatan
ke 13/2000 ini juga sempat dijual terbatas, sebelum akhirnya dijual kembali
beberapa waktu kemudian karena alasan tidak laku terjual di Yogyakarta. Ditemui
juga kesalahan penulisan nama Sri Sultan yang salah pada bagian belakang Sampul
Peringatan dimana tertulis “Hamengkubowono IX” yang seharusnya
“Hamengkubuwono IX”.
19. TANGGAL : 4 SEPTEMBER 2000
SAMPUL PERINGATAN 50 TAHUN TUGU
MALANG
Sampul Peringatan 50 tahun Tugu Malang
yang terbit 4 September 2000 dan diterbitkan oleh PT Pos Indonesia - Malang
desainnya tidak memberikan tempat yang cukup untuk penulisan alamat di penerima
di dekat kotak pengisian kode pos. Hal ini disebabkan seluruh muka sampul
berupa foto area danau sekitar tugu dalam warna gelap sehingga tidak dapat
diberi tulisan nama dan alamat sipenerima. Perancang sampul seharusnya lebih
memahami kaedah pembuatan sampul peringatan. Sayangnya Sampul ini hanya dijual
di kota Malang sebagai produk lokal PT Pos Indonesia setempat.
20. TANGGAL : 15 SEPTEMBER 2000
SAMPUL REUNI AKBAR II SMA MASEHI I
SEMARANG DENGAN TINTA EMAS
Unit Bisnis Filateli Semarang kembali
masih menerbitkan Sampul Peringatan dengan tinta emas pada tgl 18 September
2000, padahal sudah ada edaran larangan penggunaan tinta foil emas pada semua
teraan pos. Logo bisnis filateli atau divisi filateli juga menjadi pertanyaan,
mengingat semua produk filateli masih menggunakan tulisan divisi filateli
sedangkan manajemen sendiri sudah berupa bisnis filateli. SP ini satu-satunya
yang menggunakan bisnis filateli pada logo Pos Indonesianya.
21. TANGGAL
: 15 SEPTEMBER 2000
SOUVENIR
SHEET OLYMPHILEX 2000 SEHARUSNYA TIDAK PERLU TERBIT
Umumnya bila Indonesia mengikuti even
filateli yang besar, maka penerbitan benda filateli semacam Souvenir Sheet
adalah suatu kewajaran. Anehnya Olymphilex 2000 yang merupakan Pameran Filateli
khusus tematik olahraga dan bukan merupakan pameran filateli utama, justru diterbitkan Souvenir Sheet. Padahal tidak
ada peserta koleksi / delegasi Indonesia yang mengikuti even tersebut, kecuali
undangan ke PT Pos Indonesia untuk membuka booth. Untuk even yang tidak bermakna tidak perlu dipaksakan penerbitan
benda filateli, apalagi jumlah penerbitan Souvenir Sheet tahun 2000 mencapai 10
penerbitan, padahal proyeksi direncanakan 8-12 penerbitan + 2 souvenir sheet/tahun.
22. TANGGAL : 14-17 OKTOBER 2000
SAMPUL PERINGATAN GEBYAR PAMERAN
FILATELI SOLO 2000 DITERBITKAN PFI TAPI PAKAI
LOGO POS INDONESIA
Pada muka Sampul Pameran gebyar Pameran
Filateli Solo 2000 yang memiliki registrasi sampul dari PFI nomor 215, anehnya
pada cover tidak mencantumkan logo PFI tapi malahan menggunakan logo Pos
Indonesia Divisi Filateli. Hal ini sangat bertentangan dengan kondisi yang ada,
sehingga rancu penerbitnya apakah PT Pos Indonesia atau PFI. Klarifikasi dari
PT Pos Indonesia lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan hal ini, mengingat
definisi benda filateli harus merupakan produk administrasi pos.
23. TANGGAL : 24 OKTOBER 2000
SAMPUL PERINGATAN IDI TANPA TULISAN
50 TAHUN IDI
Pada muka Sampul Peringatan 50 tahun
Ikatan Dokter Indonesia sangat disayangkan momen peringatannya yaitu 50 tahun
IDI tidak dijelaskan sama sekali pada desain dan tulisan muka SP. Entah
merupakan kesengajaan atau kekhilafan, namun rasanya baru kali ini penjelasan
utama peringatan dari semua penerbitan PT Pos Indonesia tidak mencantumkan hal
yang dimaksud, sehingga filatelis ini hanya promosi IDI semata.
24. TANGGAL : 1 NOVEMBER 2000
TANGGAL TERBIT PADA SHP SENIMAN
INDONESIA BERBEDA DENGAN TANGGAL CAP SHP.
Sampul Hari Pertama seri Seniman Indonesia
yang terbit tanggal 1 November 2000 mengalami kesalahan cetak pada penyebutan
tanggal di bagian pojok kanan bawah SHP. Tertulis pada SHP 1.IX.2000, padahal
seharusnya yang benar ialah 1.XI.2000. Kesalahan terjadi pada dua macam SHP
nomor 14a/2000 (SHP Prangko) dan 14b/2000 (SHP Souvenir sheet). Pertanda bahwa
pengawasan oleh tim produksi tidak jeli dalam hal ini. Seharusnya SHP semacam
ini segera ditarik dari peredaran, seperti yang pernah dilakukan pada Sampul
Peringatan Hari Pangan Sedunia ke XIV diganti ke XVI tahun 1996 yang terbit tgl
16 Oktober 1996. Shp Seniman yang salah tersebut hingga akhir tahun 2000 masih
terjual bebas di loket kantor pos di seluruh Indonesia.
25. TANGGAL : 1 NOVEMBER 2000
TULISAN SENIMAN INDONESIA 2000 PADA
PRANGKO TIDAK NYATA
Pada prangko Seniman Indonesia yang
terbit tgl 1 November 2000, tulisan Seniman Indonesia 2000 dengan warna kuning
muda yang tercetak pada bagian atas prangko warna dasar putih, tidak dapat
dilihat secara nyata dengan kasat mata. Seharusnya desainer prangko dan tim
pemeriksa jeli melihat bahwa warna kuning bila dicetak di atas warna putih
tidak bisa terlihat jelas / tidak nyata. Akibat hal ini, mutu produksi boleh
dianggap buruk. Ditemukan lagi kesalahan penulisan nama pada bagian belakang
SHP, yaitu nama seniman Bing Slamet tertulis Ring Slamet. Untuk selanjutnya
agar tim produksi lebih memperhatikan kasus seperti ini agar tidak terulang
pada seri mendatang.
26. TANGGAL : 5 NOVEMBER 2000
SAMPUL PERINGATAN HCPSN DIJUAL
SANGAT TERBATAS
SP ke 22/2000 bertema Hari Cinta Puspa
dan Satwa Nasional yang hanya dicetak 1000 lembar, ternyata hanya dijual
beberapa puluh sampul saja di loket filateli Bandung dan Jakarta. Menurut kabar
dari dalam, bahwa sebagian besar SP ini merupakan pesanan dan dibagikan di
Istana Merdeka pada saat peringatan acara. Akibat pembatasan ini, banyak
filatelis mengeluh tidak kebagian yang mengakibatkan semakin menurunnya minat
mereka terhadap penerbitan yang tidak konsekuen. Seharusnya PT Pos Indonesia bisa
jeli bahwa minimal SP yang diterbitkan untuk kondisi saat ini > 2000 sampul
khusus konsumen filatelis, bila ada pesanan dari pihak tertentu maka harus
dicetak lebih banyak lagi.
27. TANGGAL : 10 NOVEMBER 2000
SP 55 TAHUN PERISTIWA HEROIK / HARI PAHLAWAN
DITEMUKAN BANYAK BERBEDA WARNA
Satu lagi kontrol mutu cetakan tidak
diawasi ketat oleh tim produksi PT Pos Indonesia. Pada SP ke 24/2000 tersebut
yang dicetak sebanyak 2500 lembar banyak ditemukan variasi warna yang mecolok
pada cetakan sampulnya, sehingga ada bagian dasar berwarna biru, sebagian warna
krem. Ada bagian patung berwarna ungu, di sampul lain berwarna biru. Perbedaan
seperti itu menjadi perhatian filatelis untuk mendapatkannya, namun jika
variasi perbedaan terlalu banyak tentu lain ceritanya. Bagaimana PT Pos
Indonesia mengatasi hal ini untuk selanjutnya ? Untuk contoh konkretnya, LSFI
memiliki contoh SP yang berbeda warna
pada SP 24/2000.
28. TANGGAL
: 18 NOVEMBER 2000
SAMPUL PERINGATAN PERESMIAN PROVINSI
BANTEN HANYA DIJUAL DI BANDUNG ?
SP ke 25/2000 bertema peresmian
Provinsi Banten yang dicetak 2000 lembar, bahkan tidak dijual sama sekali di
Kantor Filateli Jakarta yang nota bene merupakan tempat penjualan terbesar di
Indonesia. Ini lebih buruk dibandingkan penjualan SP lainnya, sehingga SP ke
25/2000 tersebut benar-benar langka. Menurut kabar, bahwa sebagian besar SP ini
didrop di Serang pada saat peringatan acara.
* EVALUASI DAN SARAN LAIN :
29.
Selain
rencana terbit prangko dan souvenir sheet, hendaknya rencana terbit Sampul
Peringatan juga diumumkan kepada para filatelis dan publik, minimal melalui
pengumuman di loket-loket filateli 1 bulan sebelumnya. Disadari bahwa SP
merupakan produk pesanan atau dadakan yang tidak dapat diumumkan seperti
prangko yang sudah ditetapkan beberapa tahun sebelumnya, namun para filatelis
tetap harus diberi kesempatan untuk memperoleh benda filateli tersebut tepat
waktu dalam arti tidak ketinggalan informasi karena sebagian besar filatelis
memerlukan hari terbit untuk peneraan cap pada SP tersebut. Sedangkan kondisi
saat ini seringkali SP sudah habis terjual pada har-hari awal penerbitan
padahal banyak filatelis yang tidak tahu jadwal penerbitannya.
30.
Hendaknya
semua Sampul Peringatan dan benda filateli lainnya dijual di unit / loket
filateli di daerah agar setiap filatelis mendapat kesempatan yang sama. LSFI
mencatat filatelis di kota Surabaya yang pangsa pasarnya cukup besar, harus
“mengemis” ke kota lain untuk memesan SP yang tidak dijual didaerah tersebut.
Bahkan hal tersebut dimainkan oleh “oknum” pos dengan mendrop SP ke Surabaya,
sehingga para filatelis di Surabaya harus miris mengeluarkan kocek untuk SP
yang dijual dengan harga berlipat dari nominalnya. Ini kelemahan yang harus
dibenahi, karena bagaimanapun hukum pasar tetap akan berlaku, namun PT Pos
Indonesia tetap harus menyadari bahwa kesempatan yang sama harus diperoleh
setiap filatelis. Dari evaluasi yang dilakukan LSFI oplah Sampul Peringatan
paling tidak harus berkisar antara 2000-2500 sampul setiap serinya.
31.
Saat ini hampir setiap unit divisi filateli menerbitkan
benda filateli terutama sampul peringatan tersendiri yang hanya dijual di kota
dimana unit tersebut berada. Hal ini
sangat merugikan filatelis di kota lainnya karena sulit untuk mendapatkan benda
filateli dari daerah lain. LSFI menghimbau kepada Divisi Filateli untuk
mengkordinasikan hal ini, dimana penerbitan di unit seharusnya bisa dijual di
pusat maupun unit lainnya, dengan cara menambah oplah benda filateli yang
diterbitkan. Cara ini menguntungkan segala pihak karena filatelis dapat
memperoleh benda filateli tersebut secara lengkap, di lain sisi PT Pos
Indonesia akan bertambah pendapatannya karena lebih banyak oplah yang dijual di
daerah lainnya. Contoh kasus unit Divisi Filateli yang cukup produktif ialah :
Semarang, Bandung, Surabaya, Jakarta dan Denpasar.
32. Jumlah penerbitan Sampul Peringatan selama tahun 2000 dirasakan semakin banyak dan tidak teratur. Dengan jumlah 27 kali penerbitan SP ditambah penerbitan 15 seri prangko dan 3 S/S pameran selama tahun 2000, sehingga jumlah penerbitan Divisi Filateli mencapai 46 kali selama tahun 2000 atau bila dirat-ratakan setiap 365/46 = 8 hari mesti ada penerbitan baru. Bandingkan dengan rata-rata penerbitan sepuluh tahun lalu yang hanya 12-16 kali penerbitan/tahun. Pihak PT Pos Indonesia seharusnya bisa lebih membatasi jumlah penerbitan maupun variasi benda filateli yang diterbitkan. Produk semacam Dokumen Filateli dan Sampul Peringatan merupakan produk yang dicetak sedikit, namun sering bermasalah dalam penerbitannya. Jenis inipun sebenarnya tidak populer di kalangan filatelis, karena untuk dokumen filateli tidak dapat dipamerkan karena ukurannya dan kesulitan tempat penyimpannannya, sedangkan untuk Sampul Peringatan dikarenakan ketidaklancaran distribusi maka seringkali membuat kecewa untuk mendapatkannya. Bahkan di luar negeri jenis produk dokumen filateli lebih dikenal dalam bentuk kemasan prangko dan jenis seperti Sampul Peringatan hanya diterbitkan oleh Perkumpulan Filatelis setempat. Sehingga PT Pos Indonesia bisa lebih konsentrasi pada penjualan / penerbitan produk prangko, souvenir sheet dan sampul hari pertama saja. Adapun produk lain semacam booklet, minisheet, maksimum card dapat diterbitkan untuk seri istimewa saja.
33. Dijumpai banyaknya pegawai PT Pos Indonesia bagian divisi filateli saat ini ikut bermain dalam penjualan benda filateli. Hal ini menunjukkan kredibilitas sebagian pegawai tersebut lebih mengarahkan bisnis mereka dibandingkan upaya kerja mereka sebagai pegawai negeri sipil. Hal ini karena bisnis filateli bisa lebih menjanjikan dibandingkan upah yang diterima setiap hari. Kadangkala mereka mendapat barang yang banyak dari rekan mereka sehingga mereka bisa menjual produk filateli Indonesia di bawah harga pasaran, namun sebaliknya mereka pun ikut bermain dalam menjual benda filateli yang oplahnya sedikit karena umumnya mereka lebih tahu kapan benda tersebut bisa mereka sediakan. Terhadap pegawai seperti ini, LSFI berpendapat bahwa keberadaan bisnis filateli di kalangan pegawai lebih banyak meresahkan filatelis karena tingkat permainan mereka berbeda dengan pedagang prangko swasta lainnya. Untuk mencegah hal tersebut, LSFI berpendapat rolling diantara pegawai adalah yang terbaik, sehingga pegawai yang sudah puluhan tahun yang melayani loket filateli sewajarnya dimutasikan. Beberapa indikasi ke hal tersebut terlihat pada staf pegawai di Museum Prangko Indonesia, Kantor Filateli Jakarta, Bagian Filateli Kantor Pos Jakarta Pusat, Kantor Pos Jatinegara dan Jakarta Barat. Bila mereka ingin menjadi pelaku filateli, sewajarnya mereka menjadi mandiri tidak merangkap pegawai pos seperti saat ini. Kebanyakan dari mereka sudah > 5 tahun bekerja di bagian yang sama.
34.
Perlu adanya pendidikan khusus bagi karyawan bagian produksi
di Bisnis Filateli PT Pos Indonesia yang mengelola penerbitan benda filateli
sehingga benar-benar mengetahui etika penerbitan benda filateli secara umum.
Kenyataan yang terjadi sering tidak ada sinkronisasi antara benda filateli satu
dengan lainnya, adanya benda-benda yang tidak sesuai dengan istilah filateli,
serta adanya unsur bisnis lebih diutamakan dibandingkan nilai filatelinya.
35.
Ditjen Postel bersama Tim Pembinaan Perprangkoan Indonesia
tetap diminta konsisten menekan jumlah penerbitan prangko dan benda filateli
lainnya ke arah yang ideal. Bila dalam Diskusi Filateli di Hotel Ibis, 8
Desember 2000 disebutkan bahwa baru tahun 2005 Indonesia menjadwalkan 8 seri
prangko, maka kiranya bisa dievaluasi sehingga mulai tahun 2002/2003 justru
bisa dipakai angka 8 seri tersebut termasuk 2 souvenir sheet per tahunnya.
Dirjen Postel juga diharapkan dapat menerapkan ketetapan maksimum untuk jenis
benda filateli lain yang akan diterbitkan misalnya maksimum card, dokumen
filateli, booklet dan sampul peringatan termasuk minimum oplahnya.
Demikian hasil
evaluasi dan saran yang dikembangkan oleh Lembaga Swadaya Filatelis Indonesia
sebagai institusi independen yang bertujuan memperhatikan suara filatelis dan
turut peduli bagi peningkatan mutu dan perfilatelian di Indonesia. Bila dalam
hasil evaluasi ini dijumpai hal-hal yang kurang berkenan atau tidak sesuai
kenyataan, kiranya dapat diklarisikasikan kembali dengan LSFI. Pada prinsipnya
evaluasi ini kiranya dapat menjadi pemikiran perbaikan bagi penerbitan produk
benda filateli di Indonesia di masa mendatang. Atas perhatian dan bantuan
segala pihak yang menerima laporan evaluasi ini, kami mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 1
Februari 2001
Lembaga
Swadaya Filatelis Indonesia
Ir.
Mulyana Sadiun, RFC Ir. Sudirman Andi Parenrengi, RFC
Direktur Sekretaris Jenderal