suratkabar.com 
 
 
Domain For Sale

suratkabar.com 
Love Indonesia Philately
A Gift For You.....

Album Prangko dan Katalog Merupakan Keharusan  
16/06/2002 (10:00)


TOKYO (LoveIndonesiaPhilately) - Memiliki hobi apa pun, pasti memiliki keharusan tertentu. Misalnya melukis. Bagaimana mungkin melukis tanpa kanvas, tanpa tinta. Demikian pula hobi mengumpulkan prangko memiliki keharusan minimal yaitu album prangko dan katalog prangko. Sebenarnya ada satu lagi yaitu pinset atau penjepit.

Meskipun demikian pinset mungkin akan membuat canggung atau kesulitan penggunaan bagi para pemula pengumpul prangko. Bahkan mungkin bisa merusak atau merobek prangko atau benda filateli itu sendiri. Baiklah kita lepaskan dulu satu peralatan ini. Namun album dan katalog tak bisa ditawar-tawar.

Album prangko kita ibaratkan sebuah rumah dan katalog prango kita ibaratkan arahan dan kelengkapan, cetak biru. Kita bisa tahu di mana tempat tidur, di mana dapur dan sebagainya sehingga memudakan hidup di dalam rumah. Bayangkan, kalau kita memasuki rumah, tak tahu di mana harus tidur, tak tahu di mana harus memasak, ke mana harus buang air kecil dan sebagainya.

Sebuah album prangko memang tempat berteduhnya prangko. Ada pula yang tak senang prangko, tapi mengumpulkan hanya sampul surat. Baik, tak apa. Maka belilah album sampul atau album SHP (Sampul Hari Pertama). Ukurannya tentu jauh lebih besar daripada album prangko umumnya karena ukuran kedua benda filateli pun nyata-nyata jauh berbeda.

Album prangko banyak sekali jenis dan kegunaannya. Tidak perlu membeli, bisa juga membuat sendiri kalau mau murah. Apalagi bila pengumpul prangko memiliki komputer. Kertas ukuran A4 dirancang sedemikian rupa sehingga membuat satu pola atau struktur untuk penempatan prangko, lalu di cetak (print-out). Pada tempat-tempat prangko itulah kita berikan alat pelindung misalnya hawid. Kalau mau murah, prangko kita bungkus dengan plastik tipis biasa, bukan plastik kaca yang biasa dipakai, misalnya untuk membungkus bingkisan lebaran. kemudian plastik direkatkan pada tempat prangko yang telah tersedia, bisa menggunakan plester bolak-balik (double-tape). Jangan lupa berikan lubang kecil sekali pada bungkus plastik itu agar kertas prangko mendapatkan sedikit udara. Prangko pun perlu bernafas.

Apabila kita lihat dari jenis album, ada yang disebut album lepas. Satu lembar per lembar kita susun koleksi prangko, kemudian lembaran-lembaran kertas itu disatukan dengan penjepit di sebelah kiri tegak/samping kertas A4. Mirip seperti membuat buku. Jepitan bisa dibuka sewaktu-waktu untuk disisipkan lembaran album prangko lepas lainnya, yang baru kita buat dengan susunan sejumlah prangko. Kalau sudah dijepit disatukan, biasa kita sebut album jepit.

Kemudian ada pula yang disebut album sisip. Album ini seperti yang kita pakai album prangko sehari-hari dibeli dari toko buku atau toko penjual benda filateli. Prangko kita masukkan atau sisipkan ke celah-celah antara kertas album dan lapisan transparan yang melintang di setiap halaman.

Ditinjau dari segi rancangannya, ada yang disebut Album Polos dan Album Bergambar. Album polos hanya memuat lembaran kertas yang bergaris kotak-kotak tipis sekali. Memasang prangko dengan memakai engsel atau sendi atau hinges pada tempat yang sesuai dengan selera kita. Kotak-kotak tempat prangko pun kita garis sendiri dengan memakai tinta atau spidol atau bolpen tebal agar terlihat menarik. Album ini sering dikenal dengan nama album lepas dan kertas pameran yang biasa digunakan atau dijumpai pada pameran prangko, mirip sekali dengan album prangko ini, sehingga sering disebut pula album lepas.

Dulu Perum Pos dan Giro pernah membuat kertas pameran dengan kertas agak tebal, kotak-kotak yang tipis/lembut/halus sekali dan bagian kiri kertas agak luas serta diberikan lubang dua buah dengan maksud dapat dimasukan ke dalam map jepit berlubang dan bila semua kertas pameran disatukan, jadilah sebuah album polos.

Sedangkan Album bergambar lebih maju lagi dibandingkan tadi. Album ini memuat gambar prangko dalam satu seri pada setiap lembaran album.

Apabila dalam satu seri bergambar sama, maka yang dimuat hanya satu gambar prangko saja. Sedangkan kotak (prangko) lainnya polos, tertulis nilai nominal prangko saja.

Dengan demikian kita akan semakin mudah mengumpulkan dan menyimpan prangko tersebut. Tinggal lihat gambar pada album tersebut, mencocokkan dengan prangkonya dan menempati pada lokasi yang telah digambarkan pada album yang bersangkutan. Kalau satu seri belum lengkap segera kita mengetahuinya saat itu juga.

Album prangko Indonesia pernah pula diterbitkan oleh Kahabe di Surabaya pada tahun 1960. Kini album tersebut tak ada lagi. Juga album terbitan Davo, belanda. Pada album ini khusus memuat prangko terbitan Indonesia secara berurut dari tahun ke tahun, ke sekian tahun tertentu.

Kahabe pernah pula menerbitkan album luks dengan kotak-kota prangko yang dibuat atau diberikan plastik, seolah seperti diberikan hawid.

Dengan demikian prangko terlindung serta mudah disisipkan/dimasukkan, tanpa perlu menggunakan sendi lagi seperti di waktu lampau. Harga album ini cukup mahal.

Lalu dari segi kegunaannya, ada yang disebut album persediaan (stock album) dan album sajian. Album Persediaan ini memang untuk tempat persediaan prangko ganda. Prangko terbaik kita masukkan ke album terbaik kita dan sisanya yang kembar kita masukkan ke album persediaan ini. Maksudnya antara lain untuk tukar menukar prangko suatu waktu, bisa diambil dari album ini.

Album Sajian merupakan album yang biasa kita gunakan untuk memperlihatkan kepada teman atau orang lain akan koleksi kita. Untuk itu ada album prangko sajian ini yang dibuat cukup menarik oleh perancang yang juga kolektor prangko senior Indonesia, Abazar.

Album sajian ini, selain lembaran biasa untuk menyisipkan prangko, maka setiap lembar itu dilapisi lagi dengan cover plastik transparan penuh satu lembar, halaman bolak-balik atau depan belakang. Cover plastik itu bisa ditarik atau dilepas dengan mudah. Maksud cover ini, untuk melindungi dan mencegah uap udara dari hawa mulut kita jatuh menimpa album apalagi prangko di sana, yang pasti akan merusak prangko tersebut.

Begitu banyak album prangko memang, belum lagi yang buatan luar negeri. Menjadi pertanyaan, apakah album prangko buatan luar negeri pasti bagus?

Penggunaan album prangko jangan melihat dari segi bagus jelek atau murah mahal. Utamakanlah menggunakan album prangko, terpenting, untuk melindungi prangko atau materi benda filateli itu sendiri. Ada album prangko, dijual dengan harga cukup mahal, ternyata tidak memberikan kepuasan kepada penyimpanan prangko. Dalam arti, prangko malah terpicu ikut menguning, menjadi rusak.

Bagi keadaan perekonomian Indonesia yang pas-pasan, coba kita buat sendiri. Dari kertas fotokopi polos ukuran A4, rancang dulu susunan penempatan prangko. Lalu prangko dibungkus plastik, beri hawa sedikit satu tusuk jarum atau bagian sudut plastik bungkus itu dibolongi sedikit. Setelah dibungkus, ditempel ke kertas A4 pakai double-tape. Bila lembaran semakin banyak, kita gabung dengan penjepit di bagian kiri kertas, layaknya membuat sebuah buku.

Bisa juga di perforator/lubangi dan masukkan penjepit pada dua lubang di kiri kertas itu, menyatulah beberapa lembar kertas A4 tersebut.

Kalau ada sedikit uang, belilah album prangko yang murah dan sederhana, buatan dalam negeri tak apa-apa. Namun sebelum prangko disisipkan ke dalam album, sebaiknya dibungkus plastik tipis, beri hawa sedikit dengan menusut plastik itu dengan jarum, sehingga kertas prangko bisa bernafas. Barulah sisipkan ke dalam album prangko.

Bagi prangko-prangko ganda yang sangat banyak, misal prangko definitif atau prangko biasa, seperti prangko ucapan selamat, prangko seri presiden, prangko pelita dan sebagainya, klasifikasikan berdasarkan kualitas prangko yang kita miliki, mulai terbagus, sedang dan terjelek. Masukkan dan jadikan satu prangko yang jelek ke kotak kaleng aluminium yang biasa kita peroleh kalau beli biskuit atau permen. Tentu harus dibersihkan benar-benar kaleng itu dan tidak lembab, benar-benar kering, barulah masukkan prangko.

Yang kualitas bagus dan sedang masukkan album persediaan untuk tukar menukar prangko. Kualitas terbaik, tentu untuk kita sendiri dalam album khusus.

Pembuatan album lembaran yang kita satukan itu sebaiknya sudah mulai disusun berdasarkan kategori tertentu. Misalnya berdasarkan motif atau tema tertentu, misalnya hanya yang bergambar kereta api, kupu-kupu, bunga, palang merah, dan sebagainya. Atau bisa pula berdasarkan negara, misal hanya Indonesia saja, urut mulai tahun tertua hingga terbitan hari ini.

Katalog Prangko

Nah, bagaimana mengetahui urutan terbit prangko Indonesia itu? Hanya satu cara bisa dilakukan yaitu dengan membaca buku katalog prangko Indonesia (KPI). Saat ini hanya ada terbitan Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia (APPI). Mungkin ada pula terbitan lain misalnya Zonnebloem buatan Belanda, dan sebagainya.

Katalog prangko adalah kunci keberhasilan hobi mengumpulkan prangko. Ibaratnya pegangan (guidance) suatu proyek, kalau tak ada pegangan tersebut, berantakan proyek jadinya.

Dari katalog prangko kita dapat mengetahui segala sesuatu informasi dasar tentang prangko yang bersangkutan, walaupun kelengkapan informasi setiap katalog berbeda. Bisa kita baca atau perhatikan pada katalog seperti berikut:

a. Asal negara prangko
b. Nominal prangko dan harga prangko di pasaran.
c. Jenis prangko
d. Harga SHP prangko yang bersangkutan
e. Jumlah prangko yang diterbitkan
f. Waktu atau tanggal penerbitan
g. Ukuran gigi prangko
h. Informasi lain seperti misalnya prangko tersebut ada 
    yang dipalsukan atau ditarik mundur karena sesuatu peristiwa dan sebagainya.

Indonesia sendiri pernah menerbitkan katalog prangko sekitar tahun 1950-an. Tetapi tidak dapat dijumpai lagi. Katalog Indonesia terbaru diterbitkan oleh Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia (APPI) yang bermarkas di Surabaya, sampai dengan 30 Mei 2002 adalah Katalog Prangko Indonesia 2001. Sebagai pembanding, para kolektor Indonesia juga banyak menggunakan katalog Zonnebloem, Belanda.

Memang pembuatan katalog prangko cukup mahal. Untuk Indonesia yang mayoritas belum ôÎendarah dagingö?terhadap hobi filateli ini, keperluan untuk memiliki katalog prangko pun masih terbatas. Dengan demikian penjualan katalog pun terbatas.

Apabila kita melihat pada daftar harga di dalam katalog prangko yang berbeda, kemudian menghitung dalam mata uang Rupiah, maka lain katalog lain pula harga prangko, walaupun prangko tersebut sama persis seperti yang tertara pada katalog dan diterbitkan pada tahun yang sama pula.

Biasanya memang harga benda filateli di katalog dibuat lebih tinggi sedikit atau lebih rendah sedikit. Semua itu tergantung dari ôÙested interestö? pedagang prangko, karena memang para pokoknya pembuatan katalog tak lepas dari ôÁklanö?para pedagang prangko dan mereka berusaha mencari untung, layaknya pengusaha biasa lainnya.

Lebih jelas lagi apabila kita melihat harga prangko Indonesia dari berbagai katalog prangko dunia. Pembuat katalog bukan negara Indonesia. Kalau pun buatan bangsa Indonesia pun, seperti dituliskan di atas, semuanya adalah demi kepentingan para pedagang prangko.

Setidaknya katalog tersebut menjadi pegangan standar harga bagi si penjual dan pembeli. Tinggal negosiasi harga di lapangan saat transaksi.

Orang biasa yang belum mengerti pengumpulan prangko, apabila pengetahuan filatelinya kurang baik, tiba-tiba disodorkan benda filateli yang sama dengan di katalog, sekaligus memperlihatkan katalog dengan harganya, mungkin akan mau membeli dengan harga lebih rendah daripada yang tercantum di katalog. Tetapi apakah anda aka melakukan seperti itu sebagai seorang filatelis? Layaknya bunyi iklan, ô³eliti sebelum membeli!

Di dalam daftar harga prangko pada setiap katalog selalu tercantum dua kolom yaitu untuk prangko mint (belum dicap) dan prangko used (sudah dicap). Terkadang lebih lanjut dengan tambahan seperti, prangko mint murni (tanpa hinges), prangko mint (bekas hinges-mutu mint kurang baik) dan prangko used. Ada pula prangko used yang masih dalam keadaan lengkap masih tertempel pada sampul. Jadi tidak selalu dua kolom saja. Bisa lebih dari dua kolom daftar harga.

Katalog prangko kebanyakan dibuat oleh perusahaan besar yang juga bergerak di bidang filateli, seperti Stanley Gibbons.

Dalam penentuan harga katalog, penilaian diambil oleh sebuah tim atau satu pihak saja yaitu hanya si penerbit katalog yang juga pedagang prangko, dengan pengambilan atau pemberian penilaian berdasarkan antara lain dari:

a. Harga perusahaan yang bersangkutan sendiri, mengingat perusahaan tersebut juga perusahaan penjual prangko dan benda filateli lain. Nasabahnya bisa membeli prangko dan benda filateli yang ditawarkan dengan melihat katalog yang dibuatnya tersebut. Dengan demikian jelaslah harga prangko dalam katalog bisa diatur sedemikian rupa sesuai kamauan perusahaan yang bersangkutan.

b. Harga di pasaran umum yang sebenarnya.

c. Harga menurut situasi di pasaran (mudah berubah-ubah).

d. Harga permintaan - Cara ini dilakukan untuk menaikkan harga prangko atau benda filateli yang bersangkutan dari suatu negara tertentu dengan memberikan uang pelincir kepada perusahaan pembuat katalog òûtentu jumlahnya cukup baik untuk kelangsungan usaha sang penerbit katalog. Dalam setiap buku katalog prangko selalu memakai lambing atau tanda tertentu atau singkatan tertentu yang dapat anda pelajari pada halaman katalog bagian depan, dengan mencantumkan keterangan selengkapnya di sana.

Katalog prangko pertama dicetak pada tahun 1861 di Perancis oleh Alfred Potiquet. Disusul pada tahun 1865 oleh Stanley Gibbons dan pada tahun 1965 berbagai katalog banyak bermunculan.

Ada lima macam katalog prangko atau benda filateli:

1. Katalog Dunia - Berisi semua prangko yang pernah diterbitkan setiap negara tanpa terkecuali. Keberadaan isi katalog ini sebenarnya juga tergantung dari informasi masyarakat negara yang bersangkutan. Bukan tidak mungkin ada prangko atau benda filateli dari suaru negara yang termuat di katalog tersebut. Namun berkat laporan dari masyarakat negara yang bersangkutan maka termuatlah informasi tersebut.

2. Katalog satu negara - Khusus berisi koleksi prangko satu negara saja dengan segala hal yang dianggap penting, seperti kesalahan atau kelainan pencetakan, dan sebagainya.

3. Katalog khusus atau katalog spesial - Berisi koleksi tertentu, misalnya hanya postal stationery, prangko tematik, prangko pos udara, dan sebagainya.

4. Katalog pelelangan - Dikeluarkan khusus pada waktu akan diadakan pelelangan cukup besar. Harga dalam katalog merupakan harga penawaran terendah.

5. Katalog pribadi - Katalog seperti ini muncul akhir-akhir ini dan hanya sekali saja. Isi katalog ini adalah semua koleksi filateli seorang kolektor yang akan dijual karena kolektor tersebut meninggal dunia dan keluarga memutuskan untuk menjual semuanya, atau karena sang kolektor bangkrut sangat butuh uang lalu dijual semua koleksinya.

Cara menjualnya dengan membuat katalog lalu disebarkan ke berbagai filatelis. Pembuatan dan distribusi katalog bisa dilakukan sang kolektor bersama keluarganya sendiri atau lewat agen pedagang prangko, biasanya pelelang professional.

Tentu saja isi koleksi kolektor tersebut sangat baik dan koleksi maupun kolektor tersebut memiliki nam ayang cukup baik di dunia filatelis internasional. Sebagai contoh, seorang filatelis Jepang bernama Ishikawa pernah melakukan hal ini karena bangkrut dan membutuhkan uang sekali membayar hutang-hutangnya. Kini koleksinya jatuh ke tangan seorang filatelis di Amerika.

Dari PT Pos Indonesia (dulu Perum Pos dan Giro dan sebelumnya PTT, PN Postel dan PN Pos dan Giro) pernah menerbitkan katalog Sampul Hari Pertama Indonesia dengan sampul bergambar batik. Katalog itu untuk SHP terbitan 1955-1974, berwarna, terbit tahun 1972. lalu dicetak ulang tahun 1975. Entah kini masih ada atau tidak, dapat ditanyakan langsung ke Humas Pos di Bandung.

6. Album Stok atau Album Penyortiran - Album ini merupakan album prangko biasa yang hanya berfungsi sedikit berbeda dengan album prangko biasa. Album prangko ini merupakan album pertama saat prangko belum dipisah-pisahkan atau belum disortir atau belum dipilih/dipilah. Jadi segala macam prangko, pertama kali masuk ke dalam album stok ini.

Timbulnya album ini karena ulah manusia sendiri juga. Manusia yang dalam hidupnya cukup sibuk dengan berbagai kegiatan sehari-hari, belum dapat langsung memilih prangko yang dibeli atau diperolehnya untuk dimasukkan ke album tertentu, maka untuk sementara masuk ke dalam album stok ini. Barulah setelah senggang, ada waktu, sejumlah prangko itu dipilih atau disortir dan dimasukkan ke dalam album prangko khusus atau album prangko tertentu.

Yang dimaksud dengan album tertentu atau album khusus adalah album prangko biasa yang berisi benda filateli atau prangko yang telah ditentukan. Misalnya, hanya berisi prangko dari negara Indonesia saja, atau album prangko yang hanya berisi prangko bertema Kereta Api saja dan sebagainya. Album ini biasanya merupakan album koleksi pribadi dengan isi yang terbaik dan tidak ada yang sama. Jadi tentu prangko cacat tidak akan masuk ke dalam album prangko khusus tersebut.

Beberapa katalog prangko yang ada di dunia antara lain;

1. Yvert (Perancis)
2. Berck (Perancis)
3. Bolaffi (Itali)
4. Balasse (Belgia)
5. Facit (Scandinavia)
6. SFF (Swedia)
7. Michel/Lipsia (Jerman)
8. Kolar (Israel)
9. Stanley Gibbons (Inggris)
10. Zumstein (Swiss)
11. AFA Specialised (Denmark, Iceland)
12. Norgeskatalogen (Norwegia)
13. NVPH (Belanda)
14. Zonnebloem (Belanda)
15. Scott (Amerika Serikat)

Memang banyak hal menarik untuk diungkapkan lebih lanjut mengenai album dan katalog prangko. Ada satu buku filateli gratis bisa dibaca bagi para pengumpul prangko. Cobalah akses ke http://suratkabar.com/buku.shtml

Bagi yang masih bingung atau pun mau menjual koleksi benda filatelinya, ada milis khusus untuk konsultasi dan bersama-sama berdiskusi mengenai benda filateli dan pos. Coba kirimkan email ke : filateli@yahoo.com.

Semuanya tidak dipungut biaya apa pun dan ramai-ramai kita bisa diskusi dengan para kolektor lain dengan jumlah anggota keseluruhan sekitar 700 anggota dari 20 negara. Ada milis dalam bahasa Indonesia saja sehingga mungkin akan terasa nyaman bagi kita semua yang berbahasa Indonesia. Silakan mengklik.

Richard Susilo


HOME | Today's News | Shopping 

Copyright 1999-2002 © SuratkabarCom Online