| |
Kekayaan Pos Jepang
08/01/2003 (21:00)
|
From:Ý "Richard Susilo"
Date:Ý FriÝNovÝ8,Ý2002Ý 12:30 am
Subject:Ý Kekayaan Pos Jepang
Bayangkan kekayaan Pos Jepang dari Tabungan Pos mencapai 208 triliun
yen.
Luar biasa memang
rs
--------
Balance of postal savings may skid by 31 tril. yen in 5 yrs
TOKYO, Nov. 7, Kyodo - The Postal Services Agency expects the balance
of postal savings to shrink by 31 trillion yen to 208 trillion yen by
March 31, 2007, as consumers are likely to dig into their savings
amid the deflation-hit economy, agency officials said Thursday.
The agency plans to report the estimate to a meeting of government
officials in charge of the preparatory process leading up to the
envisioned establishment of a public corporation to take over mail
and postal savings services from the agency, the officials said.
In view of the new estimate, the agency will scramble to draw up a
business plan as well as numerical business goals for the public
entity for the initial four-year period from its establishment of the
public entity slated for fiscal 2003, they said.
The balance sank to 239 trillion yen as of March 31 this year, down
from 250 trillion yen a year earlier, partly because the agency had
to reimburse huge amounts in the popular ''fixed-amount postal
savings accounts'' whose maturities of up to 10 years expired.
The agency expects the combined balance of postal savings to give up
an additional 4 trillion yen to 235 trillion yen by March 31, 2003.
An agency official said this spring, ''The phenomenon of a falling
postal savings balance emanating from reimbursements appears to have
come to a standstill.''
But depositors appear set to continue to pull money out of the postal
savings system because they are expected to continue eating into
savings to deal with the prolongation of deflation, the officials
said.
The Postal Services Agency has run the pool of a combined 350
trillion yen, which consists of the 239 trillion yen in postal
savings and premiums collected for its postal insurance policies.
The pool has played a key role in stabilizing government bond prices
as the Finance Ministry's Trust Fund Bureau has funneled a sizable
part of the pooled money into the bond market under Japan's fiscal
investment and loan program.
From:Ý "Richard Susilo"
Date:Ý WedÝOctÝ2,Ý2002Ý 12:11 am
Subject:Ý Pos Jepang pun Bisa Merugi
MERPATI POS
Pos Internasional
Pos Jepang pun Bisa Merugi
(Mulai terbitan triwulan terakhir 2001 ini kami membuka rubrik baru
berjudul Pos Internasional untuk diisi oleh rekan-rekan yang
berkesempatan berkunjung ke luar negeri. Satu dan lain hal adalah
untuk memperkaya pengetahuan rekan-rekan yang lainnya. Kelanggengan
rubrik ini tentunya sangat bergantung kepada masukan para pembaca.
Pengelola rubrik bersedia diundang untuk mewawancarai rekan yang
tidak sempat menulis namun memiliki segudang informasi. Hubungi kami
Chairul Anwar d/a Humas Kantor Pusat PT Pos Indonesia Jalan Merak No.
7 Bandung 40133 atau Departemen Komunikasi dan Hubungan Internasional
DPP SPPI Jalan Brig.Jen. Katamso No. 21 Bandung 40000).
Baru-baru ini tiga aktivis SPPI diundang oleh Zentei dan Zen-Yusei
berkunjung ke Jepang. Mereka adalah Bambang Abu Suripto Ketua DPW
Wilsus Kantor Pusat, Dadang Hartono, Bendahara DPP SPPI dan Koswara,
Sekjen DPP SPPI. Mereka berangkat tanggal 17 ke Tokyo dan kembali
tanggal 24 November 2001. Selama 4 hari di Jepang acaranya sangat
padat diisi dengan seminar, diskusi, presentasi, dan kunjungan
kebeberapa kantor. Tidak kurang dari 4 item seminar yang mereka
ikuti, yakni seminar tentang: ³Japan¹s Labour Union Movement and its
Lessons², ³Union Budget and its Welfare Activities², ³Japanese Post
Today and its Labour Management Relations², ³How to Run the Union
Organization² bertempat di Kantor Pusat Zentei dan ³What Role to Play
Regional and Branch Organization² di Kantorpos Gunma. Kunjungan yang
dilakukan oleh mereka adalah ke UNI Tokyo Office, Kantor Pusat
Zentei, Kantor Pusat Zenyusei, kunjungan ke UNI LCJ dan kunjungan
kantorpos Maebashi. Pada saat kunjungan ini yang jatuh tepat bulan
Ramadhan, mereka menerima berbagai presentasi tentang serikat pekerja
pos di Jepang.
Di perusahaan pos Jepang, pegawainya terkelompok ke dalam beberapa
serikat pekerja. Ada tiga serikat pekerja pos Jepang yang cukup
besar. Yakni Zentei anggotanya 160.000 karyawan; Zenyusei : 22.000
anggota dan Yuzando (yang beraliran komunis). Khusus Yusando tidak
memiliki hak negosiasi karena organisasi ini tidak memberi kontribusi
bagi pos Jepang selain jumlah anggotanya kecil (Bandingkan dengan
jumlah pegawai pos Jepang pada tahun 2000 yang full time 300.000
orang dan part time 8.900 orang). Kami akan coba memberi sedikit
gambaran tentang serikat pekerja pos Jepang. Namun sebelumnya akan
kami sampaikan sekelumit gambaran tentang organisasi Pos Jepang
sebagaimana di bawah ini.
Pos Jepang
Pos Jepang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal Biro Postal (
Kouji Hamada-san) yang membawahkan Biro Pos, Biro Tabunganpos, Biro
Asuransipos, Biro-biro Inspeksi Wilayah, Biro-biro Wilayahpos,
Laboratorium Riset Komunikasi, Rumahsakit Pos dan Telekom, Institut
Pelatihanpos, Kantor-kantorpos dan Agen-agenpos. Dirjen bertanggung-
jawab kepada MPT (Ministry of Posts and Telecommunications) yang
bertugas menjamin kelancaran layanan perhubungan pos dan
telekomunikasi keseluruh wilayah negara dan menyalurkan kesejahteraan
sosial. MPT tidak didukung dana pemerintah. Pendapatan dan biaya
dikelola secara independen.
Namun sistem akuntansinya harus mendapat persetujuan parlemen. Pos
Jepang kira-kira statusnya sama dengan perusahaan jawatan. Kouji
Hamada memimpin sebanyak 300.000 pegawai full time yang bekerja 8 jam
perhari dan 8.900 pegawai part time yang bekerja selama 4 jam per
hari. Jumlah kantorpos yang ada di Jepang sebanyak 24.778 terdiri
dari kantorpos biasa 1.315, kantorpos spesial 18.870 dan agenpos
swasta 4.589. Jumlah bissurat 173.217. Adapun jumlah agen penjual
prangko sebanyak 151.838 dan agen paket sebanyak 82.423. Dengan
banyak dan tersebarnya service point ini maka memudahkan pengguna
jasapos untuk memanfaatkan layanannya. Dapat dikatakan jarak rata-
rata kantorpos dengan fasilitas layanan publik yang ada di Jepang
dapat digambarkan sebagai berikut.
Jarak kantorpos dengan sekolah dasar rata-rata 1,1 Km, dengan Kantor
Polisi 1,4 Km, dengan alun-alun kota 2,1 Km, dengan kantor pemadam
kebakaran 2,3 Km, dengan rumah sakit umum 4,1 Km dengan puskesmas 5,9
Km dengan pengadilan 7,4 Km dengan kantor pajak 7,6 Km dan dengan
kantor asuransi sosial 9,9 Km.
Untuk mengetahui kinerja para karyawannya setiap lima tahun sekali,
Pos Jepang mencoba membandingkan antara jumlah karyawan tetapnya
dengan jumlah kirimanpos yang berhasil diprosesnya yakni pada tahun
1988, 1993 dan 1998. Gambarannya adalah pada tahun 1988 dengan
jumlah karyawan sebanyak 141.161 orang dapat memproduksi 20.337 juta
kirimanpos.
Pada tahun 1993 dengan 143.330 karyawan dapat memproduksi sebanyak
24.479 juta kirimanpos dan pada tahun 1998 dengan 140.640 karyawan
bisa memproses 25.916 juta kiriman pos.
Bagaimana dengan laba yang di raih Pos Jepang? Rupanya tiga tahun
berturut-turut sejak tahun 1998 hingga tahun 2000 ini Pos Jepang
mengalami defisit dalam profit tahunannya. Tercatat pada tahun 1998
mereka merugi minus 62,5 Milyar Yen. Pada tahun 1999 merugi minus
74,2 Milyar Yen dan tahun 2000 merugi minus 59,6 Milyar Yen. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya antara lain persaingan bisnis pos yang
ketat, adanya perang harga dan munculnya pengaruh e-mail.
Namun Pos Jepang berusaha untuk menghadapi kondisi ini dengan cara
antara lain melakukan pengurangan pegawai sebanyak 15.000 karyawan
selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 1993 Pos Jepang juga pernah
mengalami penurunan laba hingga minus 83,2 Milyar Yen. Namun pada
tahun-tahun berikutnya mereka bisa surplus. Ini tampak pada tahun
1994 mendapat profit sebesar 114,7 Milyar Yen. Profit tertinggi
pernah dicapainya pada tahun 1995 hingga mencapai 121,8 Milyar Yen.
Namun pada tahun-tahun berikutnya terus menurun menjadi 94,3 Milyar
Yen pada tahun 1996 dan 19,8 Milyar Yen pada tahun 1997. Sebagaimana
dikemukakan diatas sejak tahun 1998 hingga 2000 Pos Jepang tidak
pernah meraih profit.
Bagaimana perihal kompetisinya dengan jasa titipan swasta? Meskipun
undang-undang posnya melindungi Pos Jepang khususnya dalam monopoli
suratpos, namun pada kenyataannya jasa titipan swasta juga merambah
ke sektor bisnis yang dimonopoli. Namun saingan terberat sebenarnya
ada pada kiriman barang. Pangsa pangsar paket sebagian besar dikuasai
oleh swasta. Menurut data tahun 1991 hingga tahun 1998, tampak pangsa
pasar layanan kiriman paket setiap tahunnya meningkat dikuasai oleh
perusahaan jasa titipan swasta.
Perbandingannya adalah Pos Jepang menguasai 26,6 persen pangsa pasar
paket dan perusahaan swasta menguasai 73,4 persen. Demikian
seterusnya prosentase pangsa pasar yang dikuasai Pos Jepang terus
menurun setiap tahunnya. Hingga pada tahun 1998 Pos Jepang hanya
menguasai 14,7 persen. Sisanya 85,3 persen dipegang oleh swasta. Atau
kalau dalam jumlah kiriman paket dapat digambarkan sebagai berikut.
Jumlah kiriman paket di Jepang pada tahun 1991 sebanyak 1.533 juta
item. Yang dikirim oleh Pos Jepang berjumlah 408 juta item. Sedangkan
oleh swasta 1.533 juta item. Pada tahun 1998 malah semakin menurun.
Dari jumlah total kiriman paket sebanyak 2.149 juta item. Pos Jepang
hanya menguasai 316 juta item. Sisanya sebanyak 1.833 item dikuasai
oleh perjastip.
Bagaimana pola masyarakat Jepang dalam menggunakan jasa pos,
khususnya suratpos? Ternyata suratpos yang dikirim oleh perorangan
kepada perorangan pada tahun 2000 masih merupakan yang terbanyak,
yaitu 51,6 persen.
Suratpos yang dikirim dari perorangan kepada bisnis (perusahaan)
hanya 2 persen. Sedangkan surat bisnis yang dikirim kepada perorangan
besarannya adalah 18,1 persen. Dan surat bisnis kepada bisnis lebih
besar lagi yakni 28,8 persen. Berkaitan dengan isi kirimanpos,
ternyata masyarakat Jepang lebih banyak memanfaatkan pos untuk
mengirim uang (28,4 %) dan direct mail (25,9 %). Lainnya adalah untuk
keperluan informasi pertemuan dan peristiwa (11,5 %), Kartu ucapan (9
%), surat dagang (10,5 %), Surat lamaran dan permohonan (6,8 %),
Majalah dan buku (3,8 %), Suratkabar (2,3 %), dan kiriman lain-lain
1,7 %). Rupanya gambaran kondisi inilah yang membuat Pos Jepang lebih
fokus kepada layanan keuangan, layanan surat dan layanan asuransi
dalam berbisnisnya; Tanpa mengesampingkan layanan kesejahteraan
sosialnya.
Sekelumit Sejarah Pos Jepang.
Layanan Pos Jepang yang sudah modern baru diperkenalkan pada tahun
1871. Pada waktu itu layanannya hanya menghubungkan Tokyo dan Osaka.
Bersamaan waktunya diperkenalkan pula prangko pertama Jepang.
Monopoli pos berada di tangan pemerintah Jepang mulai tahun 1873.
Rupanya sebelum itu penyelenggara perposan adalah swasta.
Administrasi Pos Jepang baru menjadi anggota UPU pada tahun 1877.
Layanan paket baru dikenal pada tahun 1892 dan surat kilat pada
tahun 1911. Pada tahun 1925 Pos Jepang memperkenalkan Pos Udara yang
menghubungkan Tokyo, Osaka dan Fukuoka. Di tahun 1937 kiriman kilat
dimungkinkan untuk seluruh wilayah Jepang. Negara ini baru
menyelenggarakan EMS untuk internasional pada tahun 1975. Sistim
Barcode untuk surat tercatat baru diperkenalkan pada tahun 1982.
Sistem Kiriman Super Express diterapkan tahun 1985 dan baru dibuka
layanannya pada tahun 1997. Adapun layanan Same Day Delivery
diluncurkan tahun 1987.
Tulisan berikutnya pada rubrik yang sama ini, kami akan memunculkan
dua buah organisasi serikat pekerja Pos Jepang yaitu Zentei dan Zen-
Yusei. Kedua organisasi ini sama-sama berafiliasi dengan Serikat
Pekerja Pos Indonesia di dalam federasi internasional yang bernama
UNI (Union Network International).
---------------------------------------------------------------------
---
Perusahaannya Merugi Karyawannya Sejahtera
(Mulai terbitan triwulan terakhir 2001 ini kami membuka rubrik baru
berjudul Pos Internasional untuk diisi oleh rekan-rekan yang
berkesempatan berkunjung ke luar negeri. Satu dan lain hal adalah
untuk memperkaya pengetahuan rekan-rekan yang lainnya. Kelanggengan
rubrik ini tentunya sangat bergantung kepada masukan para pembaca.
Pengelola rubrik bersedia diundang untuk mewawancarai rekan yang
tidak sempat menulis namun memiliki segudang informasi. Hubungi kami
Chairul Anwar d/a Humas Kantor Pusat PT Pos Indonesia Jalan Merak No.
7 Bandung 40133 atau Departemen Komunikasi dan Hubungan Internasional
DPP SPPI Jalan Brig.Jen. Katamso No. 21 Bandung 40000).
Pada rubrik yang lalu digambarkan bahwa Pos Jepang merugi selama tiga
tahun berturut-turut sejak tahun 1998 s/d 2000. Setelah melakukan
pengurangan sampai dengan 15.000 pegawainya selama lima tahun,
bagaimana nasib perusahaan itu ? Mari kita mulai dengan membicarakan
organisasi yang menaungi para karyawan Pos Jepang, yakni Zen-Yusei
dan Zentei.
Zen-Yusei.
Zen-Yusei adalah organisasi serikat pekerja pos Jepang yang dibentuk
pada 17 Oktober 1969 yang beranggotakan 22.000 orang. Dasar pemikiran
Zen-Yusei ada 4 point yakni :a. Kebebasan untuk berpikir; b.
Pengembangan usaha/produktivitas; c.Saling melengkapi dan d.
Kontribusi Internasional. Ciri khas dari Zen-Yusei adalah anggotanya
lebih banyak yang muda dengan usia rata-rata 35,3 tahun.
Zen-Yusei terkelompok dalam 4 tingkat organisasi yakni Headquarter
berdomisili di Tokyo, tingkat wilayah ada 11, tingkat cabang ada
700 dan tingkat anak cabang ada kurang lebih 2.100. Kegiatan
administrasi di Headquarter dilakukan oleh 17 orang yang dipilih oleh
kongres. Mereka adalah pekerja penuh waktu. Mereka bisa aktif di
organisasi maksimum 7 tahun dengan gaji dibayar oleh Pos Jepang.
Lebih dari waktu itu mereka harus keluar dari Pos Jepang. Selanjutnya
mereka tidak digaji oleh pos namun oleh Zen-Yusei. Kewenangan
Headquarter adalah menyusun besaran upah, waktu kerja dan bonus
sebagai usulan kepada managemen. Tugas lain dari Headquarter (komite
perempuan) adalah memperjuangkan persamaan derajat (emansipasi) bagi
para anggotanya. Berbeda halnya dengan Regional. Mereka yang aktif di
Zen-Yusei Wilayah (Regional) ada yang berstatus paruh waktu dan ada
pula yang penuh waktu. Tugasnya adalah melaksanakan aktivitas yang
telah ditetapkan oleh Headquarter, serta menyampaikan dan memberikan
bimbingan kepada Cabang. Lebih kecil dari cabang, ada yang disebut
anak cabang. Pada dasarnya ini adalah forum komunikasi anggota dan
komite pemuda. Forum itu terdiri dari 10 anak cabang (untuk yang
besar) dan 3 anak cabang (untuk yang kecil). Anggota forum komunikasi
cabang ada 5.000 anggota.
Munas adalah badan tertinggi yang terdiri dari wakil-wakil regional.
Munas menetapkan anggaran dasar. Anggaran dasar harus dipatuhi dan
tidak bisa diubah kecuali melalui munas lagi.
Diantara penyelenggaraan munas yang satu dengan munas berikutnya,
Zen-Yusei juga menyelenggarakan Rakernas untuk membahas budget dan
lain-lain. Budget dibagi menjadi dua yaitu anggaran umum yang
menyangkut pembayaran gaji pengurus, biaya operasional dan biaya
sosialisasi dan hubungn internasional dan anggaran khusus yang
bersangkutan dengan investasi misalnya pembelian dan pemeliharaan
gedung. Isuran anggota dipungut sebesar 7,5 permil dari gaji.
Peruntukannya adalah Headquarter 60 persen, Regional 30 persen ,
Cabang dan Anak Cabang 10 persen.
Ada 7 hak dari anggota Zen-Yusei yakni : hak persamaan derajat, hak
perlakuan sama, hak memperoleh keuntungan yang sama, hak memilih dan
diipilih, hak kebebasan berpendapat, hak memperoleh informasi dan hak
berpartisipasi. Ketujuh hak anggota tersebut bisa hilang apabila
tidak memenuhi kewajiban membayar iuran. Disamping hak-haknya,
anggota juga memiliki kewajiban yaitu : Mematuhi peraturan serikat
pekerja, Membayar iuran, Bersedia berpartisipasi dan bekerjasama,
serta menjaga nama baik serikat pekerja.
Sumber: http://202.159.90.166/merpati/posint.htm
HOME | Today's
News | Shopping | Add URL Copyright 1999-2003 © SuratkabarCom Online
|